PPAD Prosperity— Ternyata masih banyak orang Indonesia belum memiliki handphone. Setidaknya itu terpotret dari hasil survey LSI Denny JA yang menyebut 23,9 persen penduduk Indonesia tidak memiliki handphone. Survei ini dilakukan pada Agustus 2023.
Dikutip dari rilis LSI Denny JA, di Indonesia masih banyak yang tidak memiliki handphone. Dengan sendirinya, mereka tidak memiliki fasilitas dan akses yang disediakan oleh teknologi handphone.
“Kita mulai dengan data. Ini survei LSI Denny JA, di bulan Agustus tahun 2023. Ternyata di Indonesia, mereka yang tidak memiliki handphone sebanyak 23,9%. Di antara empat orang Indonesia, satu orang tak memiliki handphone,” tulis Denny.
Jelaslah ini prosentase yang buruk. Prosentase yang tidak mempunyai handphone ini sangat tinggi jika kita bandingkan dengan negara-negara industri maju.
Di aneka negara industri itu umumnya yang tak memiliki handphone hanyalah di bawah 10%. Bahkan di beberapa negara yang tak punya handphone hanyalah di bawah 5%, seperti di Korea Selatan, di Israel, di Belanda dan di Swedia.
Pertanyaannya: mengapa? Mengapa mereka tak memiliki handphone?
Jika alasannya karena itu pilihan pribadi, karena lifestyle yang ia pilih, atau karena itu filosofi hidupnya, itu sepenuhnya konsekuensi dan urusannya.
Sama seperti komunitas Amish di Amerika Serikat yang memilih tak ingin menggunakan listrik.
Yang menjadi masalah, jika mereka tak memiliki handphone karena kondisi ekonomi mereka yang tak cukup. Mereka tak punya uang lebih membeli pulsa dan lain sebagainya.
Atau jika mereka tinggal di wilayah yang teknologi belum sampai di sana untuk memberikan jaringan, memberikan sinya, itu menjadi masalah. Kondisi sosial ekonomi mengisolasi mereka.
Bersama handphone, datang kepada kita informasi terbaru, secara cepat sekali, soal ilmu pengetahuan, dan hal ihwal peristiwa. Handphone membawa perpustakaan dunia terbesar yang pernah ada.
Bersama Handphone, berkunjung pula fasilitas jaringan. Ini era bekerja dengan jaringan (network), yang diperlukan pelaku bisnis, politik, sosial dan budaya.
Handphone pun menjadi media penghubung komunitas. Interaksi melalui media sosial, dunia virtual, sharing pengalaman antar komunitas hobi, atau agama, atau profesi, jauh lebih cepat terjalin, dan lebih praktis.
Melalui handphone, juga tersedia begitu banyak peluang, yang semakin membuka dunia.
Dunia baru menciptakan “Handphone Gap, antara mereka yang memiliki handphone dan yang tak memiliki handphone.
Jarak dua dunia ini akan semakin lebar, baik secara ilmu pengetahuan, jaringan, komunitas dan peluang. Mereka yang tak memiliki handphone akan semakin tertinggal dan terisolasi dari dunia baru.
Penting kita mencari cara agar semakin banyak orang Indonesia memiliki handphone. Bukan memiliki benda kecil yang bisa digenggam itu, tapi dunia baru yang dibawa oleh benda kecil bernama Handphone itu.***