PPAD
KesehatanSerba-serbi

Sel Punca Kanker Jadi Target Baru Terapi Kanker Nasofaring

PPAD Prosperity— Kanker nasofaring masuk ke dalam jenis tumor ganas. Di Indonesia, tingkat keganasan kanker ini menduduki peringkat ke-4 setelah kanker serviks, payudara, dan kulit. Untuk menyembuhkan kanker ini, penderita biasanya memilih terapi standar yaitu teknologi radioterapi dan kemoterapi. Namun faktanya, terapi standar tersebut tidak bekerja secara optimal.

“Setelah melakukan terapi, kekambuhan dan penyebaran sel masih sering ditemukan dan menjadi penyebab utama kematian. Salah satu penyebabnya adalah terdapat sel kanker yang resisten terhadap terapi standar yaitu sel punca kanker,” jelas Prof Dr Muhtarum Yusuf dr Sp THTBKL Subsp Onk(K)FICS saat menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul Sel Punca Kanker: Implikasi dan Target Baru dalam Terapi Karsinoma Nasofaring, dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Lebih jauh dia mengungkapkan, sel punca kanker (cancer stem cell) adalah sejumlah kecil sel kanker yang memiliki ciri-ciri seperti sel punca normal. Ciri-ciri tersebut di antaranya mampu memperbanyak diri sendiri, belum berdiferensiasi, dan dapat berdiferensiasi menjadi lebih satu jenis sel.

Jika ciri-ciri sel punca tersebut ada pada punca kanker, maka hal tersebut akan sangat berbahaya. Sel kanker tersebut bisa tumbuh dan berkembang tidak terkendali. Lebih dari itu, sel kanker tersebut juga bisa resisten terhadap terapi dan tidak bisa mati. Setiap sel kanker memiliki potensi yang sama untuk melakukan metastasis dan menyebabkan tumor.

“Obat kanker yang telah ada selama ini dirancang untuk membunuh sel kanker sebanyak mungkin. Tujuan obat anti kanker memang tercapai, tapi pasien yang berhasil sembuh seringkali mengalami kanker yang sama di kemudian hari dalam hidupnya. Fakta ini memunculkan pertanyaan, apakah sel kanker yang dijadikan target obat anti kanker selama ini sudah tepat?” Ujarnya dengan nada bertanya.

Menjawab persoalan tersebut, Prof Yusuf menemukan sebagian kecil dari populasi sel kanker ternyata memiliki potensi membentuk tumor. Sel tersebut tidak lain adalah sel punca kanker. Dengan terungkapnya keberadaan sel punca kanker justru menghadirkan sudut pandang baru dalam ilmu kedokteran.

Para ahli tidak lagi melihat sel kanker sebagai populasi yang homogen dengan potensi yang sama dan merata, melainkan sel normal yang memiliki hirarki dengan tingkat diferensiasi berbeda satu dengan yang lainnya.

“Sel punca kanker berada pada puncak hirarki. Oleh karena itu sel ini dianggap bertanggung jawab terhadap kekambuhan, metastasis dan resistensi terhadap terapi,” ungkapnya.

Pengaruh Terhadap Terapi

Lebih lanjut, ahli Onkologi Bedah Kepala Leher Aspek Biomokuler itu menuturkan, penemuan sel punca kanker dapat menjadi jawaban dari beberapa misteri belum terpecahkan selama ini. Salah satunya adalah insiden kekambuhan penyakit kanker pada penderita yang telah menjalani terapi.

Menurut ia, terapi standar radioterapi hanya dapat mendeteksi dan membunuh sel kanker yang telah berdiferensiasi, sedangkan sel punca kanker tetap masih hidup. Sel punca kanker yang masih hidup ini akan melakukan proliferasi, menghasilkan sel kanker baru, dan menyebabkan kekambuhan.

“Beberapa penelitian yang sedang berkembang menunjukkan bahwa pendekatan terapi dengan target sel punca kanker merupakan strategi yang sangat menjanjikan. Oleh karena itu, sel punca kanker harus menjadi target terapi. Dengan berhasil membunuh sel punca kanker, maka itu akan mencegah terjadinya kekambuhan, metastasis dan resistensi terapi,” pungkasnya.***unair.ac.id

Related posts

Mentan Amran: Indonesia Bisa Jadi Pengekspor Beras, Ini Syaratnya

admin

Penelitian: Bekatul Dapat Dikonsumsi dan Jadi Pangan Fungsional

admin

Tim PKM UNAIR Ciptakan Biopori Serat Fiber dan Sampah Plastik di Desa Panglungan

admin

Hindari Komplikasi dengan Manajemen Gula Darah

admin

PPLH IPB University Sebut Mutu Air Sungai di DKI Jakarta Dominan Cemar Berat

admin

Varian XBB Terdeteksi di Indonesia, Masyarakat Diminta Waspada

admin

Leave a Comment