PPAD Prosperity— Banyak petani mengeluh tidak mudah mendapatkan pupuk bersubsidi. Kalaupun dapat, harganya tak murah. Sama juga dengan pupuk non-subsidi yang juga tidak murah.
Berbagai permasalahan pupuk di lapangan juga disikapi oleh Kementerian Pertanian dengan lebih menggencarkan penyuluhan pembuatan pupuk. Di kalangan petani maupun kelompok tani berupaya membuat pupuk sendiri untuk mengatasi permasalahan pupuk di wilayahnya.
Salah satunya adalah Muhammad Ansar, petani asal Blitar, yang sukses membuat pupuk sendiri dan terbukti berhasil meningkatkan produktivitas tanaman. Pupuk kreasinya Ansar diberi nama ‘Biosaka’.
Pupuk ‘Biosaka’ yang mulai dikembangkan secara luas 2011 lalu, kini sudah begitu dikenal khususnya para petani di Jawa Timur. Bahkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memberi pujian khusus pada pupuk ‘Biosaka’ ciptaan Ansar ini.
“Biosaka ini menjadi referensi yang luar biasa bagaimana kita selamatkan dan kembali ke alam. Pupuk organik ini menjadi simbol pemulihan alam, mengingat pupuk kimia selalu digunakan di pertanian kita selama puluhan bahkan ratusan tahun. Apalagi hasil penggunaan Biosaka ini multi fungsi luar biasa sekali,” ungkap Khofifah saat hadir pada panen raya padi varietas Inpari 32 di Desa Soso, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar pada Sabtu (27/5/2023).
Varietas Inpari 32 ditanam di lahan terasering seluas 50 Ha ini memiliki luas hamparan panen 30 Ha dengan provitas 7- 8 ton/Ha. Variestas inpari 32 ini memiliki keunggulan sebagai tanaman yang dapat dipanen dengan umur tanam 120 hari setelah semai dengan tinggi tanaman 97 cm.
Tidak hanya itu, panen padi kali ini juga menjadi spesial karena Inpari 32 tumbuh subur berkat Pupuk Organik Biosaka yang dibuat oleh para petani Poktan Gardu Rukun II Gandusari Blitar sendiri. Bukan untuk padi saja, Biosaka bisa digunakan untuk berbagai sayur dan buah-buahan.
Dikutip dari tabloidsinartani, ‘Biosaka’ adalah salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai bio-technology (biologi-teknologi).
“Biosaka tidak menggunakan mikroba maupun proses fermentasi dalam pembuatannya,” kata Ansar sembari menambahkan, Biosaka bukan teknologi yang rumit. “Dalam membuatnya tidak menggunakan mesin, hanya dengan tangan,” tambahnya.
Beberapa kelebihan ‘Biosaka’ di antaranya, efektivitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi. Juga, dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen.
Ketiga, proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu. Keempat, jelas Ansar, cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit, cukup 40 ml dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk luasan 1.000m2, atau 400ml untuk 1 ha tanaman padi. “Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7 kali,” ucapnya.
Kelebihan lainnya, ah dapat diterapkan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunanPenggunaan ‘Biosaka’ dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen sehingga dapat menghemat biaya produksi.*** /din