PPAD
Kesehatan

Waspada Cacar Monyet! Ini Penyebab dan Penanganannya!

PPAD Prosperity— Cacar monyet di Indonesia menjadi kasus yang perlu diwaspadai. Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Salah satunya adalah meningkatkan pemantauan dan deteksi dini serta menyediakan vaksinasi bagi kelompok yang berisiko.

Dilansir alodokter, cacar monyet atau monkeypox (Mpox) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus monkeypox. Penyakit ini diawali dengan gejala demam, pusing, dan menggigil.  Setelah 1–4 hari terinfeksi, ruam di kulit barulah muncul di wajah dan menyebar ke bagian tubuh lain, seperti tangan, kaki, mulut, alat kelamin, hingga anus.

Cacar monyet di Indonesia sebenarnya memiliki gejala yang mirip dengan cacar air, yaitu ruam atau bintil berair yang muncul di beberapa bagian tubuh tertentu. Namun, cacar monyet biasanya disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening yang terjadi di rahang bawah, leher, dan selangkangan.

Penyebab Cacar Monyet di Indonesia

Cacar monyet di Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh virus monkeypox, yang termasuk ke dalam kelompok orthopoxvirus. Kasus pertama cacar monyet di Indonesia terkonfirmasi pada 2022, dialami oleh seorang pria yang baru kembali dari perjalanan luar negeri.

Virus monkeypox dapat menular dari hewan yang terinfeksi ke manusia maupun menyebar dari manusia ke manusia. Berikut ini adalah kemungkinan penyebab terjadinya cacar monyet di Indonesia:

  • Gigitan atau cakaran dari hewan pengerat, seperti tikus dan tupai, atau hewan primata, seperti monyet dan kera yang terinfeksi.
  • Kontak langsung dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti melalui droplet pernapasan atau menyentuh luka pada kulit.
  • Kontak atau memakai barang-barang yang digunakan oleh orang atau hewan yang terinfeksi.

Selain itu, Mpox juga diketahui dapat ditularkan dari ibu hamil ke janin, konsumsi makanan dari hewan yang terinfeksi virus, dan bepergian ke daerah dengan tingkat kasus cacar monyet yang tinggi.

Penanganan Cacar Monyet di Indonesia

Upaya penanganan cacar monyet di Indonesia dilakukan untuk mengurangi penyebaran dan gejalanya. Pasalnya, pengobatan untuk cacar monyet masih dalam proses pengembangan dan penelitian.

Meskipun begitu, cacar monyet di Indonesia memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi. Hal ini bisa terjadi karena dari semua kasus yang tercatat, penyakit ini hanya menimbulkan gejala ringan, sehingga dapat sembuh dengan sendirinya dalam 2–4 minggu.

Penanganan cacar monyet di Indonesia disesuaikan tingkat keparahannya. Pasien cacar monyet dengan gejala ringan, akan diarahkan untuk isolasi mandiri di rumah dan diberikan obat-obatan yang dapat meringankan gejala. Sementara itu, pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pemantauan yang intensif.

Langkah yang diambil oleh Kementerian Kesehatan RI untuk mencegah penyebaran Mpox adalah vaksinasi. Vaksin cacar monyet diprioritaskan bagi tenaga medis dan orang-orang yang berisiko tinggi, seperti mereka yang pernah kontak langsung dengan penderita atau hewan pembawa virus.

Kementerian Kesehatan RI juga telah melakukan pengawasan di seluruh fasilitas kesehatan serta menetapkan laboratorium rujukan agar pengendalian penyakit ini lebih efektif. Selain itu, pemerintah Indonesia sudah melakukan penyelidikan epidemiologi bersama komunitas dan mitra HIV/AIDS terkait cacar monyet.

Itulah beberapa informasi mengenai cacar monyet di Indonesia yang perlu diketahui. Meskipun vaksinasi belum tersedia untuk semua orang, pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menghindari kontak langsung dengan penderita cacar monyet, dan menghindari binatang yang mungkin terkena infeksi.

Jika Anda mencurigai gejala seperti cacar monyet, jangan panik dan segera konsultasikan diri ke dokter tanpa perlu keluar rumah melalui Chat Bersama Dokter. Dokter akan memberikan saran dan penanganan awal yang sesuai. Dokter akan memberikan saran dan penanganan awal yang sesuai untuk mencegah perkembangan serta penyebaran cacar monyet di Indonesia.***alodokter

Related posts

Gula Batu vs Gula Pasir, Mana yang Lebih Sehat?

admin

Pencegahan dan Penanganan Penyakit Diabetes Melitus dengan Taman Terapi

admin

Peningkatan Kasus Covid Naik 6 Kali Lipat, Masyarakat Jangan Lengah Disiplin Prokes

admin

Ini Tiga Penyakit yang Berpotensi Mengancam Kesehatan Ginjal

admin

Jangan Khawatir Konsumsi Daging Sapi Kaya Protein, Vitamin B dan Mineral

admin

Kopi Hijau? Ini Manfaat dan Risikonya

admin

Leave a Comment