PPAD Prosperity— Demi mengendalikan penyakit virus pada tanaman pangan, berbagai teknik deteksi dan identifikasi virus perlu dilakukan sebelum penanaman benih secara luas. Dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Sari Nurulita, MSi menjelaskan bahwa teknik pengujian virus ini memerlukan sumber inokulum yang diperoleh dari perbanyakan.
Sari Nurulita, MSi menguraikan, tipe-tipe bahan perbanyakan yang biasa digunakan di lapangan adalah organ generatif seperti biji-bijian. Selain itu, juga dapat menggunakan organ vegetatif seperti umbi pada jenis tanaman bawang-bawangan. Pengujian virus ini juga bisa dilakukan dari hasil kultur jaringan.
“Hal ini penting karena tidak semua deteksi virus pada benih dari organ generatif, kita juga perlu tahu organ vegetatif yang ditanam di lapangan yang perlu dideteksi juga,” terangnya dalam Webinar Propaktani ‘Strategi Pengendalian Penyakit Virus pada Tanaman Mendukung Peningkatan Produksi Pangan’ yang digelar oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI.
Terdapat tiga tahapan utama yang perlu diperhatikan, ia melanjutkan. Pertama, metode sampling yang tepat dan representatif sehingga dapat mewakili semua total sampel yang dimiliki. Kedua teknik growing on test, karena konsentrasi patogen atau virus di dalam tanaman masih sedikit. Kemudian ditumbuhkan agar daunnya dapat dipanen dan mendapat konsentrasi virus yang lebih tinggi.
“Ketiga dan yang utama adalah deteksi berbasis protein dengan Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan asam nukleat dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) tergantung jenis virusnya,” ungkapnya.
Menurutnya, teknik ELISA mampu merepresentasikan data untuk pendeteksian virus secara kualitatif dan kuantitatif. Warna kuning pada sampel mengindikasikan adanya target protein virus. Semakin tinggi intensitas warnanya, konsentrasi virus semakin tinggi.
“Secara kuantitatif, sampel dikatakan positif bila hasil rata-rata absorbansi sampel dua kali rata-rata nilai absorban kontrol negatif atau tanaman sehat,” tambahnya.
Sementara, lanjut dia, dalam teknik PCR, terdapat tahap sekuensing yang sifatnya opsional. Bila sudah menggunakan primer spesifik, sekuensing kurang dibutuhkan. Sekuensing dibutuhkan bila ingin menganalisis lebih dalam, misalnya filogenetikanya.
“Teknik ini sempat dilakukan dalam penelitian mahasiswa IPB untuk mendeteksi streak mosaic virus pada tanaman tebu dengan teknik deteksi yang berbeda. Teknik immunocapture PCR dinilai mendapatkan hasil yang lebih jelas,” sebut dia.
Dalam deteksi virus ini juga membutuhkan sumber inokulum. Perbanyakan sumber inokulum dapat dilakukan dengan cara penularan mekanis dari sumber inokulum daun ke tanaman inang yang sehat. Setelahnya, inokulum dibuat menjadi awetan kering.
“Selain kita panen daunnya untuk membuat awetan, kita tetap melakukan penularan mekanis terus menerus agar tetap mempunyai sumber inokulum. Yang harus diperhatikan adalah pelabelan sampel dan penyimpanan sampel pasca pengeringan karena beberapa sampel harus disimpan dalam suhu dingin,” tutupnya.***ipb.ac.id