PPAD
Berita TerkiniSerba-serbiWirausaha

Serda Mugiyanto, Petani Lengkeng dengan Penghasilan Rp500 Juta-an

PPAD Prosperity— Ingin kaya? Ingin berpenghasilan Rp500 juta-an? Gampang! Jadilah petani. Persisnya, jadilah petani lengkeng. Serda Mugiyanto, anggota Babinsa Koramil 19/Borobudur Kodim 0705 Magelang, sudah membuktikannya.

“Menjadi petani itu penghasilannya tidak rendah. Contohnya di sini (Kebun Lengkeng Borobudur yang dikelolanya-red). Lahan seluas 1 hektar, populasi tanaman 250. Dengan tanaman yang sudah stabil ini, untuk mendapatkan uang Rp500 juta sangat lah mudah,” ungkap Serda Mugiyanto yang mendapat kenaikan pangkat istimewa atas berbagai prestasi yang diukirnya.

Hitung-hitungannya mudah. Setiap tanamannya, rata-rata bisa menghasilkan sekitar 50-75 kg lengkeng. Jika dikalikan 250 tanaman yang ada maka produksi kebun lengkeng Mugiyanto mencapai antara 12.500- 18.750 kg atau 15-18 ton lebih. Sungguh luar biasa. Jika harga lengkeng per-kg Rp40.000 maka penghasilan kebun lengkengnya antara Rp500-750 juta.

Bapak tiga anak ini sebenarnya belum terlalu lama menekuni dunia kelengkeng. Sebelumnya ia sempat menekuni beberapa varietas durian dan alpukat. Tapi kemudian tertarik pada budidaya lengkeng.

Serda Mugiyanto, petani lengkeng sukses/foto: tangkap layar youtube Kementan

“Saya masuk di lengkeng  tahun 2014. Tahun 2015 kita sudah mulai  memilih varietas paling unggulan di Indonesia,” tuturnya sebagaimana dikutip dari kanal youtube Kementerian Pertanian.

Saat ini dia bersama para petani setempat mengelola Agro Wisata Lengkeng Borobudur seluas 1,3 hektar. Lahan ini disewa dari BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Letaknya di Jl Sudirman, Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Mereka fokus pada pengembangan lengkeng jenis kateki. Lengkeng jenis ini, tutur  Mugiyanto, memiliki beberapa keunggulan, di antaranya, tanaman bisa dibuahkan kapan saja sesuai keinginan kita.

Buahnya manis, dagingnya tebal. Buah ini bisa bertahan dalam suhu kamar 4-5 hari tanpa pengawet. “Yang paling menyenangkan, tanaman ini bisa dipanen kapan saja sesuai keingin kita. Januari, Februari, atau kapan pun. Terbukti Anda ke sini, selalu ada buah-buah yang siap dipetik,” tambah Mugiyanto yang kehilangan satu kakinya akibat terkena ranjau saat bertugas di daerah konflik Ambon.

Karena itulah jenis lengkeng ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Bisa dipanen di luar musim panen. Tak heran kalau lengkeng kateki termasuk dalam salah satu varietas paling unggul di Indonesia dan ini terdaftar di Kementerian Pertanian.

“Satu lagi keunggulan lengkeng kateki, 1 tandan bisa mencapai 5 kg,” kata Mugiyanto sambil menunjukkan tandan yang rimbun dengan lengkeng.

Kerja Keras Hasil Berlimpah

Tentu saja, untuk mencapai produksi yang maksimal, ada upaya-upaya yang dilakukan. Selain masalah benih atau bibit, yang juga harus diperhatikan adalah Agroklimat harus tepat. Ini menentukan teknologi dalam perawatan. “Penanaman tidak membutuhkan waktu lama, sekitar 2,5 tahun. Tahun ke-3 siap panen,” ucapnya.

Lalu Mugiyanto pun menunjukkan tanaman-tanamannya yang rimbun buahnya. Semua tanaman di sini umurnya rata-rata sudah 5 tahun. Sudah panen 2-3 kali. Pemupukan dilakukan cukup 2 kali dalam setahun.

“Menjelang musim kemarau dilakukan pemupukan, begitu juga menjelang musim penghujan, dilakukan pemupukan. Jadi 1 tahun 2 kali pemupukan,” tambahnya.

Kebun Lengkeng Serda Mugiyanto/foto: tangkap layar youtube Kementan

Setelah panen, pemupukan harus dilakukan lagi untuk recovery tanah. “Kita harus kembalikan unsur-unsur hara yang ada yang terserap oleh tanaman,” jelasnya sambil menunjukkan tanaman lengkeng yang diberi jaring. “Ini perlu untuk menghalau kalelawar. Karena lengkeng termasuk buah yang disukai kalelawar.”

Hanya cerita sukses, tak afdol rasanya jika tak memaparkan kendala yang dihadapi dalam pengembangan kebun lengkeng tersebut. Seperti umumnya, untuk mencapai sesuatu pasti akan dijumpai kendala-kendala. Salah satu kendala yang terbesar dan cukup berat dialami Mugiyanto dan rekan-rekannya adalah masalah air, khususnya di musim kemarau.

“Mencari sumber air adalah perjuangan yang luar biasa. Di saat musim kemarau setiap hari kami mendatangkan 3 tangki ke sini. Kami berpikir keras bagaimana mengatasi masalah itu,” ungkapnya.

Akhirnya mereka pun membangun system irigasi dengan menggunakan paralon. Setiap kelompok tanaman memiliki keran sendiri. Satu keran bisa menyirami sekitar 50 tanaman. Cara ini ternyata menjadi sangat efektif dan efisien serta menghemat biaya. Dengan system irigasi ini, masalah penyiraman tanaman bisa teratasi.

“System (keran) yang kini diterapkan di Kebun Buah Borobudur  membuat kita lebih mudah. efisien waktu, tenaga dan uang,” katanya.

Hidup Makmur Berkat Lengkeng

Menjadi petani lengkeng, kata Mugiyanto, sangat prospektif sekali. Apalagi jika memiliki lahan yang luas dengan tanaman yang banyak. Karena bukan hanya buah yang bisa dijual tapi juga berbagai hal yang terkait perkebunan lengkeng.

Kata Mugiyanto, untuk memaksimalkan pendapatan, jangan hanya menjual buah tapi lebih dari itu. Pembibitan, pelatihan dan wisata bisa menjadi ladang pendapatan. Itu sebabnya kebun lengkengnya diberi nama Agrowisata Lengkeng Borobudur.

Kunjungan Mentan Syahrul Yasin Limpo ke Agrowisata Lengkeng Borobudur/foto: tangkap layar youtube Kementan

Konsep Agrowisata ini membuka peluang penghasilan bukan hanya dari buah lengkeng tapi dari berbagai kreativitas. Misalnya dengan penjualan bibit atau benih, pelatihan pembudidayaan buah lengkeng, wisata kebun lengkeng, dll. Itu semua menghasilkan pendapatan yang cukup signifikan.

Konsep Agrowisata ini berjalan baik, setidaknya sebelum pandemic Covid-19. Ketika itu setiap tahunnya puluhan ribu orang dari Sabang sampai Merauke datang ke Agrowisata Lengkeng Borobudur untuk berbagai kegiatan, baik wisata kebun lengkeng, ikut pelatihan budidaya, dll.

Hasilnya bukan hanya Serda Mugiyanto dan kawan-kawan petaninya Makmur tapi juga masyarakat setempat. Karena kedatangan para wisatawan itu meningkatkan perekonomian desa di mana kebun lengkeng berada.

Pasar Lengkeng Terbuka Luas

Secara umum, masyarakat Indonesia itu sangat suka lengkeng. Tak heran kalau permintaan buah yang berasal dari Cina Selatan itu, terus meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan nasional mencapai sekitar 80-90 ton setiap tahunnya. Itu artinya peluang untuk berbisnis lengkeng sungguh terbuka lebar.

“Kami sendiri di sini (Agrowisata Lengkeng Borobudur-red) baru bisa menyediakan 15 ton setahun. Jadi masih sangat kurang. Masih harus ditingkatkan lagi,” jelas Mugiyanto.

Serda Mugiyanto berbagi pengalaman mengembangkan kebun lengkeng/foto: tangkap layar youtube Kementan

Jadi jelas, jika berminat menekuni budidaya lengkeng, tak usah memikirkan bagaimana pasarnya. Karena sudah pasti produksi kebun lengkeng kita akan terserap pasar. Contohnya Mugiyanto. Ia mengaku tak sempat memasarkan buah lengkengnya kemana-mana. Pasalnya, 15 ton yang dihasilkan kebunnya, ludes terjual pada pembeli yang datang ke kebunnya.

“Ya untuk pemanenan, buah tidak sempat keluar. Habis di sini saja. Orang datang ke sini metik sendiri, lalu ditimbang di tempat. Pengunjung yang datang begitu antusias ya, mungkin karena melihat pohon lengkeng yang saking rimbun buahnya sampai ke tanah. Mereka bisa memetik sendiri dengan gunting yang sudah disediakan,” ucapnya.

Berkebun atau menjadi petani itu, kata Mugiyanto lagi, sungguh menjanjikan. Karenanya dia mengajak masyarakat untuk tidak segan menjadi petani. Jangan menganggap ini pekerjaan kotor. Tapi lihat lah hasil yang bisa dicapai. Dengan beramai-ramai menjadi petani lengkeng, katanya, Indonesia dapat mencukupi kebutuhan sendiri. Tidak impor.

Jadi, katanya menambahkan, jika ingin hidup nyaman, tenang dan kaya raya, jadilah petani. “Yang penting, jadilah petani yang penuh inovasi, petani yang mengikuti zaman, menggunakan inovasi teknologi yang luar biasa,” pesan Mugiyanto. ***dnr

Related posts

Jokowi Beberkan Lima Agenda Besar Indonesia Maju

admin

Kasad Pimpin Serah Terima Enam Jabatan Strategis TNI AD

admin

Serah Terima Empat Jabatan Penting di Angkatan Darat

admin

Kenangan Pangdam Brawijaya Mayjen Rafael Granada Baay Bersama Doni Monardo

admin

Dampak Emisi Gas Rumah Kaca hanya Bisa Diatasi dengan Sistem Pertanian Berkelanjutan

admin

Presiden Prabowo Subianto Sampaikan Apresiasi Terhadap Para Pahlawan dan Presiden Terdahulu

admin

Leave a Comment