PPAD Prosperity— El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Ketika terjadi El Nino maka di wilayah Indonesia akan mengalami penurunan curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang. Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mendorong para petani membuat Indonesia menjadi negara paling kuat dalam menghadapi ancaman El Nino maupun krisis global dunia.
Dikutip dari cybex.pertanian.go.id, Mentan Syahrul juga meminta kepada jajarannya yang berada di lapangan untuk membantu para petani yang kesulitan dan meminta persiapan dari semua daerah di seluruh Indonesia untuk menghadapi El Nino. “Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrim El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang,” tegas Mentan Syahrul.
Senada hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi pada arahan Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan volume 19, mengatakan, sejak awal tahun ini BMKG telah menyampaikan bahwa mulai bulan Mei akan terjadi El Nino, dan ini akan berdampak pada sektor pertanian.
“BMKG memperingati kita di bulan Mei dan Juni merupakan El Nino lemah, sedangkan pada bulan Agustus merupakan puncak El Nino. Pertanian tidak boleh bersoal, manusia punya akal untuk mengantisipasi kekeringan yang melanda sektor pertanian,”. ujar Dedi Nursyamsi.
Narasumber Ngobras Elza Surmaini, merupakan peneliti pusat riset iklim dan atmosfer BRIN mengatakan salah satu penyebab penurunan produksi pangan adalah kekeringan yang merupakan dampak kejadian iklim ekstrim. Kekeringan berlangsung hampir setiap tahun dan intensitasnya meningkat tajam pada kondisi El Niño.
“Sebaliknya, pada saat El Niño terjadi peningkatan luas tanam karena turunnya tinggi muka air terutama pada lahan rawa lebak”. ujar Elza Surmaini.
Lebih lanjut Elza Surmaini mengatakan bahwa produksi padi Indonesia terus mengalami peningkatan karena berkembangnya teknologi, namun produksi padi sangat berkorelasi kejadian ENSO. El Niño berkorelasi dengan penurunan produksi padi akibat kekeringan.
“ENSO sudah dalam kondisi Netral pada Maret-April 2023. Kemudian pada Juni-Oktober 2023 diprediksi berpeluang menjadi El Nino (>70%),” jelas Elza Surmaini.***