PPAD
Serba-serbi

Mochtar Lutfi Ungkap Sejarah Ketahanan Pangan Masyarakat Nusantara

PPAD Prosperity— Ketahanan pangan merupakan kondisi tersedianya pangan yang cukup, mudah diperoleh, aman dikonsumsi, dan harga pangan yang terjangkau bagi setiap masyarakat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan. 

Pada banyak wilayah di Indonesia, beras menjadi komoditas pangan utama masyarakat. Dan ternyata, berdasarkan sumber-sumber sejarah tertulis, beras sudah sejak lama menjadi sumber pangan utama bagi penduduk Nusantara salah satunya pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. 

“Jadi, sebenarnya sejak awal dulu (beras, Red) dianggap sebagai bahan pangan utama. Kalau sekarang orang membayangkan semua pangan tertuju kepada beras, itu ada kaitannya dengan sejarah ini,” terang Mochtar Lutfi M Hum pada gelaran webinar bertajuk “Ketahanan Pangan dalam Perspektif Global dan Lokal,” baru-baru ini. 

Mochtar Lutfi M Hum, dosen prodi Bahasa dan Sastra Universitas Airlangga/foto: unair.ac.id

Meskipun sejarah menyatakan bahwa beras merupakan sumber pangan utama, perlu ditekankan bahwa beras bukanlah satu-satunya sumber pangan yang dikonsumsi. Teks Ramayana dari Kerajaan Mataram Kuno menyebutkan bahwa banyak sekali sumber pangan yang dapat dimanfaatkan. Sebut saja labu, jagung, ubi kayu, serta berbagai jenis buah dan sayur. 

Terdapat komoditas pangan lain yang sudah sejak lama dikonsumsi masyarakat di Nusantara. Bahan pangan ini adalah cabai yang mana hal ini tercantum dalam Babad Lombok, Babad Palawija kaliyan Palawose. 

“Berarti, memang lombok itu sesuatu yang unik, sesuatu yang dipentingkan oleh masyarakat sampai dibuat tulisan tersendiri tentang lombok,” tutur Lutfi pada webinar yang diselenggarakan oleh prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UNAIR ini. Dalam Babad Lombok ini, disebutkan bahwa terdapat beberapa jenis cabai yang menjadi komoditas masyarakat zaman dahulu seperti lombok jrolang, lombok rolega, lombok cangak, lombok rawit, dan lombok saka. 

Selain bahan-bahan pangan yang telah disebutkan di atas, penduduk Nusantara pada zaman dahulu juga mengonsumsi protein hewani sebagai bahan pangan mereka. Dalam Syair Nasihat, Syair Tambra, dan Syair Ikan Terubuk, disebutkan bahwa berbagai jenis ikan baik ikan laut, air tawar, maupun air payau menjadi komoditas pangan pada masa Kerajaan Melayu. 

Komoditas hasil perikanan ternyata bukan hanya sumber protein hewani masyarakat pada zaman dahulu. “Dalam Naskah Cariyos Walangsungsang dari Cirebon, yang menarik ada sumber pangan dari binatang darat. Ada daging ayam, daging burung bangau, daging kijang, dan daging bebek,” tutup dosen prodi Bahasa dan Sastra Universitas Airlangga ini.***unair.ac.id

Related posts

Camilan ‘Kripik Sagai’ dari Sayur Sawi Kreasi Ksatria Tri Dharma

admin

Sukses Bersinergi, Bank Bengkulu sebagai Mitra KUB bank bjb Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 30%

admin

Menteri Teten Ungkap Peluang Industri Furnitur Nasional di IKN

admin

bank bjb Jadi Jawara di Ajang KIJB 2023 Kategori BUMN/BUMD di Jawa Barat

admin

Enam Jenis Makanan untuk Merawat Kesehatan Paru

admin

Antisipasi Cuaca Ekstrem, Rindam Jaya Siapkan SSK Bantu Masyarakat

admin

Leave a Comment