PPAD
Wirausaha

Kisah Suyono dan Perkututnya

MADIUN, PPAD-PROSPERITY – Sejak pensiun tahun 1999, Suyono tak mau tinggal diam. Hobinya memelihara burung perkutut, kemudian dijadikannya sebagai peluang usaha, dan berhasil. Kini, pembeli burung perkutut Suyono datang dari berbagai daerah, termasuk ada yang datang dari Jakarta.

Lelaki yang tinggal di Jl. Borobudur Gang 4, Kelurahan Madiun Lor, Madiun, Jawa Timur ini sehari-hari sibuk dengan perkututnya. Kicau perkutut adalah penyemangatnya. Area peternakan burung perkutut, ada di belakang rumah.

“Saya sudah menggeluti ini selama 10 tahun,” ujar pria berusia 71 tahun yang pernah berdinas di Timor Timur, Yonif 501/Bajra Yudha, dan Kodim 0802 Madiun, itu.

Setelah pensiun, ia mengaku sempat bingung mau berbuat apa. Di tengah kegalauan, ia memelihara sepasang burung perkutut, dengan alasan perawatannya cukup mudah. Dari beli satu, dua, dan seterusnya hingga tak terasa ia telah memiliki delapan pasang burung perkutut.

Lalu ia pun berpikir, kenapa tidak usaha peternakan perkutut? Maka mulailah ia beternak perkutut. Dalam satu tahun, perkututnya sudah bertambah 20 pasang. Seiring dengan berjalannya waktu, Suyono memiliki ratusan pasang perkutut. “Mulailah satu per satu ada yang datang dan membeli,” ujarnya.

Kandang perkutut di belakang rumah, berukuran sekitar 15 x 2 meter. Aneka jenis perkutut ia kembang-biakkan. Di antaranya ada perkutut jenis lkal, perkutut Bangkok, perkutut Bali, dan perkutut putih.

Ditanya ihwal cara merawat perkutut, Suyono mengaku sangat mudah dan sederhana. “Kuncinya adalah kasih sayang dan kesabaran. Di samping hal-hal teknis seperti kecukupan pakan, minuman, dan vitamin,” ujar suami dari Sutinah ini.

Sepasang perkutut di kandang milik Suyono, seorang purnawirawan TNI-AD di Madiun. (foto: madiuntoday)

Menurut Suyono, kesabaran dan kasih sayang memang sangat penting dalam beternak perkutut. Sebab, perkutut juga makhluk Tuhan. “Tanpa kesabaran dan kasih sayang, tentu tidak berkembang dengan baik. Ada saja yang sakit atau mati,” tambahnya.

Nah, bagaimana kemudian perkutut itu bisa menambah penghasilannya pasca pensiun dari dinas militer AD? “Dari berjualan perkutut. Perkutut Bangkok paling banyak dicari pembeli. Sebab burung jenis ini memiliki suara yang nyaring dibanding perkutut jenis yang lain,” ujarnya.

Suyono membanderol harga perkutut pada kisaran angka antara Rp 200 ribu – Rp 250 ribu per ekor. “Burung usia dua sampai tiga bulan sudah bisa dijual,” tambahnya. Berapa omzetnya? Tidak menentu, tergantung berapa burung berhasil ia jual dalam sebulan.

Yang pasti, hobinya memelihara perkutut, kini telah berbuah manis, menjadi bisnis. Lebih menyenangkan karena sehari-hari ia bisa tetap menikmati kicau perkutut yang bikin teduh di hati. “Ya, itung-itung kegiatan di sisa usia. Mendengar kicau perkutut, sungguh membuat hati ini terasa damai dan tenang,” ujar ayah enam anak dan kakek 13 cucu itu. (rr/sumber: madiuntoday)

Related posts

Penguatan UMKM dengan Menerapkan Strategi Pentahelix

admin

Inovasi Pakan untuk Menggemukkan Ternak Ruminansia

admin

15 Ribu Ekor Bibit Ikan Nila untuk Para Petambak

admin

Pensiunan TNI Wayan Supadno Sukses Berbisnis Jeruk dan Sapi

admin

Jangan Sampai Rugi, Peternak Ayam Wajib Tahu Kit ELISA Antibodi

admin

Jam Tangan “Eboni Watch” Berdayakan Pemuda Desa

admin

Leave a Comment