PPAD
Serba-serbiUncategorized

Kecenderungan Post Power Syndrome

SEMARANG, PPAD-PROSPERITY – Seorang mahasiswa jurusan Psikologi pada Universitas Semarang, melakukan penelitian terhadap para purnawirawan perwira TNI-AD, sebagai syarat kelulusan sarjananya. Mahasiswa itu bernama Achmad Aziiz. Penelitiannya cukup menarik. Ia mengambil judul: Kecenderungan Post Power Syndrome pada Purnawirawan Perwira TNI-AD.

Penelitian itu sudah dipertahankan di depan Dewan Pengusi Skripsi Strata 1 Fakultas Psikologi Universitas Semarang pada tanggal 29 Januari 2020.

Ia pun melakukan serangkaian penelitian melalui metode wawancara dengan sejumlah responden. Berdasarkan hasil temuan, analisis dan pembahasan kasus dalam penelitian kecenderungan post power syndrome pada purnawirawan perwira TNI AD, ia pun menutup penelitiannya dengan sejumlah kesimpulan.

Yang pertama, mengenai gambaran dinamika post power syndrome yang dialami purnawirawan perwira TNI AD. Disebutkan, subjek pertama mengalami penurunan kondisi fisik karena usia, malas untuk beraktivitas seperti berolahraga. Subjek merasa butuh pengakuan diri di masyarakat karena perbuatan yang subjek lakukan di masyarakat, masih terbayang-bayang kehidupan masa lalu dengan sering bercerita kehebatan masa lalu.

Pada diri subjek, ada kekhawatiran dengan kehidupan pada masa pensiun serta belum puas dengan kondisi pada masa pensiunnya sehingga masih terus aktif bekerja untuk kebutuhan pada masa pensiunnya. Subjek masih mempertahankan pola-pola di kehidupan sebelumnya yaitu sebagai anggota TNI, sehingga subjek dikatakan penyesuaian diri kurang baik di lingkungan masyarakat, menunjukan perilaku marah dan tidak terima di masyarakat.

Subjek kedua mengalami penurunan fisik karena usia pada masa pensiun, jarang beraktivitas seperti berolahraga, muncul perasaan ingin dihormati karena ada perasaan akan hilang status dan jabatan di masyarakat. Ia pun masih terbayang-bayang kehidupan masa lalu, yang ditandai dengan seringnya menceritakan kehebatan dirinya karena masih tinggal di asrama.

Pada diri subjek kedua, muncul perasaan cemas, bingung dan kaget akan aktivitas pada masa pensiun. Subjek menjaga dan mempertahankan status sosial dengan berkeinginan menjabat sebagai pimpinan organisasi masyarakat maupun di organisasi TNI serta selalu menjaga perilaku sebelumnya sebagai seorang anggota TNI di masyarakat.

Tak jarang, subjek menunjukan pola-pola perilaku marah di keluarga maupun di masyarakat serta keinginan untuk melakukan aktivitas yang berlebih pada masa pensiun.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi post power syndrom pada purnawirawan perwira TNI AD, ada beberapa temuan. Subjek pertama mengalami perasaan kehilangan harga diri karena hilangnya suatu jabatan, sehingga membutuhan pengakuan diri dan merasa ingin disegani di masyarakat.

Subjek merasa kehilangan status sosialnya di masyarakat yang dulu merupakan anggota TNI membuat kehilanggan fungsi yang dapat memberikan kebanggaan diri pada diri subjek. Akibatnya, muncul perasaan khawatir di kehidupan ke depan.

Subjek belum sepenuhnya puas dengan kehidupan yang baru sehingga berkeinginan bekerja dan mencari tambahan penghasilan. Perbedaan kondisi yang mencolok di kehidupan pensiun karena usia.

Subjek kedua mengalami perasaan kurang dihargai sepenuhnya di masyarakat, subjek juga merasa disegani di lingkungannya, subjek menunjukan peran dan status sosialnya di masyarakat yaitu sebagai anggota TNI yang disegani dan dihormati serta tetap dipandang baik oleh masyarakat. Kehilangan orientasi kerja membuat subjek mencari tambahan sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pada masa pensiun, keinginan bekerja pada masa pensiunya dengan lebih santai sehingga muncul rasa kepuasan kerja tersendiri, serta mengalami penurunan fisik dan kondisi kesehatan ketika karena usia tidak dapat dipungkiri.

Terkait hasil penelitiannya, peneliti mengajukan sejumlah saran. Terhadap purnawirawan TNI-AD, peneliti mengajukan saran agar sebelum pensiun, mempersiapkan diri dengan baik. Selain itu, menyiapkan pikiran positif terkait pensiun, sehingga pada masa pensiun terasa menyenangkan dengan menikmati sepenuhnya pada hari tua dan mengurangi terjadinya kecenderungan post power syndrome yang mungkin akan dialami oleh pensiunan.

Terhadap peneliti lain, ia menyarankan agar lebih intens dalam mengambil data yang ada. Jika bisa diharapkan lebih dari dua subjek penelitian. Sebab, keterbatasan subjek ini menjadi sebuah kelemahan sendiri, akibatnya menjadi kurangnnya data yang di dapat oleh peneliti. Selain itu dengan menambah referensi buku yang tepat sesuai dengan karateristik subjek penelitian, diharapkan bisa lebih baik dari penelitian ini.

Peneliti juga mengajukan saran kepada masyarakat. Bagi masyarakat, disarankan agar memberikan dukungan positif terhadap seorang yang menjalani masa pensiun, sehingga seorang yang menjalani masa pensiun bisa menikmati dan mempersiapkan masa masa pensiun dengan baik.

Selain itu, bagi masyarakat yang bekerja dan akan mengalami masa pensiun dapat menyikapi dengan baik sehingga mengurangi terjadinya kecenderungan post power syndrome yang mungkin akan dialami oleh pensiunan.

Sementara, saran bagi keluarga, adalah memberikan dukungan sosial terhadap seorang anggota keluarga yang menjalani masa pensiun. Dengan begitu, seorang yang menjalani masa pensiun bisa menikmati dan mempersiapkan masa masa pensiun dengan baik sehingga mengurangi terjadinya kecenderungan post power syndrome. (rr)

Related posts

Cabe Jawa Bagus untuk Penderita Diabetes dengan Risiko Komplikasi Alzheimer’s, Ini Penjelasannya

admin

Domba Bisa Jadi Alternatif Ternak Pasca-Wabah PMK

admin

bank bjb Raih Penghargaan Best BPD 2022

admin

HUT TNI ke-78, Grup 3 Kopassus Bagikan Ratusan Paket Sembako di Aula Kelurahan Baru Pasar Rebo

admin

‘Sejuta Manfaat Yoga’: Pengendalian Stres, Kesehatan Mental hingga Diabetes dan Hipertensi

admin

Sambut Hari Raya Iduladha dengan DIGI Qurban Festival, Ada Diskon Pembelian Hewan Qurban

admin

Leave a Comment