PPAD Prosperity— Masih banyak yang menganggap bahwa bekatul sama dengan dedak, sehingga mengkonsumsi bekatul sama dengan mengkonsumsi dedak. Secara kasat mata pun keduanya hampir sama, sehingga sulit dibedakan. Tekstur bekatul lebih halus, karena bekatul sendiri merupakan hasil proses penyosohan kedua. Sedangkan dedak hasil proses penyosohan pertama, sehingga teksturnya lebih kasar karena masih terdapat serat maupun kulit padinya.
Menurut Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) Dr. Priatna Sasmita, bekatul dan dedak hampir sama, namun beberapa tahun terakhir bekatul menjadi perhatian sebagai pangan fungsional. Berdasarkan hasil penelitian, bekatul mengandung sejumlah senyawa fenolik, serta kaya akan serat pangan, vitamin, serta mineral.
“Keduanya sama-sama berasal dari limbah penggilingan padi hasil proses penyosohan. Yang membedakan adalah bekatul dapat dikonsumsi dan dijadikan pangan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan seperti antikanker, antihipokolesterolemik, dan antiaterogenik,” kata Priatna.
Lebih lanjut Priatna juga mengatakan bahwa dalam pemanfaatan hasil samping penggilingan padi ini masih sangat terbatas. Bahkan, dibeberapa penggilingan padi bekatul dibiarkan terbuang sehingga mencemari lingkungan sekitar terutama di saat panen raya. “Bekatul memiliki potensi yang besar dan mempunyai nilai guna dan ekonomi yang baik apabila dapat ditangani dengan benar dan bisa berdampak positif meningkatkan nilai tambah pada sistem bioindustri pertanian di pedesaan,” ujarnya.
Aneka Pemanfaatan Bekatul
Dalam laman litbang.pertanian.go.id diungkapkan jika hasil samping penggilingan padi ditangani dengan benar bisa mempunyai nilai ekonomi dan berdampak positif pada peningkatan nilai tambah pada sistem bioindustri di pedesaan. Untuk diketahui, pada suatu proses penggilingan padi, diperoleh beberapa hasil samping, antara lain adalah beras menir yaitu beras yang hancur (±5%), dedak/bekatul yaitu kulit ari, dihasilkan dari proses penyosohan (8-12%) dan sekam yaitu bagian pembungkus/kulit luar biji (15-20%).
Dalam berbagai jurnal penelitian dilaporkan bahwa bekatul tidak sekadar mengandung serat terlarut, namun bekatul juga kaya akan protein, lemak, dan karbohidrat. Bekatul juga kaya akan antioksidan tokoferol dan terutama dalam γ-oryzanol. Senyawa ini adalah asam ferulic, sterol dan alkohol triterpenic.
Ekstrak minyak bekatul dapat dikembangkan dan sangat potensial sebagai sumber lemak tak jenuh esensial dan asam linoleat yang bermanfaat untuk kesehatan. Pemanfaatan minyak bekatul juga sebagai bahan baku kosmetik sebagai anti-aging agent.
Balitbangtan telah melakukan beberapa penelitian dan pengkajian di lapangan mengenai pemanfaatan limbah penggilingan padi ini. Salah satunya, adalah pemanfaatan bekatul menjadi tepung rendah lemak.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari BPTP Bali menemukan bahwa mengolah bekatul menjadi tepung rendah lemak mempunyai beberapa manfaat, di antaranya adalah bekatul yang langsung diperoleh dari pabrik penggilingan memiliki tekstur yang kasar, sehingga jika dimanfaatkan secara langsung dapat menurunkan tingkat kesukaan terhadap produk. Dengan diolahnya bekatul dapat meningkatkan cita rasa produk, umur simpan, dan derajat putih pada penampakan tepung bekatul tersebut.***