PPAD
Serba-serbiWirausaha

UMKM Didorong Lakukan Omnichannel

PPAD Prosperity— Data dari Kemenkeu bahwa UMKM menyumbang 90 persen dari kegiatan bisnis dan membuka lebih dari 50 persen lapangan pekerjaan di seluruh dunia. Namun sayangnya, hanya 20 persen UMKM yang paham digital. Senada dengan hal tersebut Prof Sri menegaskan bahwa UMKM harus mendapat dukungan penuh untuk meningkatkan daya saing. Salah satu caranya yakni melakukan digitalisasi.

Hal tersebut disampaikan Prof Dr Sri Hartini yang resmi dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Strategi Pemasaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu (28/12). Dalam orasi ilmiahnya, Prof Sri Hartini menyampaikan penelitian yang berjudul Digitalisasi dalam Pengembangan Bisnis pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

“Cara sederhana digitalisasi UMKM misalnya menggunakan aplikasi Point of Sales (PoS). Aplikasi ini bisa memudahkan pencatatan pendapatan, pengeluaran dan laba otomatis, termasuk pencatatan barang masuk dan keluar yang ada di gudang,” papar Guru Besar FEB aktif ke-31 itu.

Dikutip dari unair.ac.id, Prof Sri menyebut, AR (augmented reality) dan VR (virtual reality) menciptakan pengalaman pelanggan sehingga meminimalisir risiko pembatalan. Sebab, VR bisa membuat interaksi lingkungan 3D. Sementara AR bisa menggabungkan unsur-unsur dunia virtual ke dalam dunia nyata melalui objek yang dihasilkan komputer.

“Misal saja mau beli mobil, bisa trial di ruang virtual dan bisa menyesuaikan ruang di dunia nyata. Artinya bisa memperkirakan ukuran mobil untuk akses masuk rumah,” ucap profesor kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, itu.

Dirinya meyakini AR dan VR dapat memperkuat kemampuan digital marketing dalam mempersuasi konsumen.

Ia menyarankan, UMKM sebaiknya menggunakan online review pada semua aspek yang berhubungan dengan pelanggan. Dalam penelitiannya, Prof Sri menunjukkan bahwa online review menentukan keputusan pembelian konsumen baik produk maupun jasa. Namun, menurutnya review jasa lebih tinggi dibanding review produk.

“Karena ternyata calon konsumen jauh lebih membutuhkan review jasa yang bersifat experience. Sebab jika review produk, calon konsumen bisa mengevaluasinya sendiri melalui spesifikasi produk sehingga mengabaikan online review,” paparnya.

Menyesuaikan Strategi Bisnis

Sri juga menyebut ketika masa pandemi telah selesai, tidak semua orang menerapkan kebiasaan lama seperti belanja offline. Pasalnya, konsumen cenderung tetap mencintai belanja online sebagai kebiasaan baru saat pandemi. Di lain sisi, beberapa start-up mulai berjatuhan, seperti halnya PHK massal pada GoToRuangguru, dan Shopee. Selain itu, Sayurbox juga menutup layanan.

Dengan demikian, UMKM harus menyesuaikan strategi bisnisnya dengan perubahan lingkungan di era society 5,0 dengan cara paham digital marketing. “Harus ada keseimbangan baru antara pembelian online dan ofline, sehingga UMKM perlu menyiapkan omnichannel,” tuturProf Sri.

Sebagai informasi omnichannel ialah memuaskan pelanggan tanpa batas saat berbelanja online maupun offline melalui saluran komunikasi ke dalam satu bentuk antarmuka secara universal. Dalam hal ini, misalnya pembelian produk dari instagram bisa saling terhubung dengan berbagai platform di toko tersebut.***unair.ac.id

Related posts

Mayjen Purn Prijanto: Pengabdian Purnawirawan Tegak Lurus pada Negara Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

admin

Kepala BMKG: Sistem Peringatan Dini belum Efektif Antisipasi Tsunami Non Tektonik

admin

Dukung Pahlawan Devisa, bank bjb Tandatangani MOU dengan BP2MI, Beri Pembiayaan untuk Pekerja Migran Indonesia

admin

Presiden Terpilih Prabowo Sebut Pertanian Penentu Nasib Bangsa ke Depan

admin

Revitalisasi Alun-alun dan “Kapal Mendoan” Kebumen Terindikasi Korupsi

admin

Prof Amir Husni: Rumput Laut Cokelat Sumber Pangan dan Kesehatan

admin

Leave a Comment