PPAD
Serba-serbiTipsWirausaha

Pakar IPB University Bicara Pemanfaatan Lahan Marginal dan Tumpangsari Kedelai

PPAD Prosperity— Harga kedelai kini berada di angka 11-12 ribu rupiah. Peningkatan harga pasar ini akan mendorong semakin luasnya lahan kedelai sehingga dapat tercapai swasembada seperti beras. Namun demikian, walau lahan perkebunan di Indonesia cukup luas, namun lahan dengan kondisi subur kian terbatas.

Prof Munif Ghulamahdi, Guru Besar Ekofisiologi IPB University mengatakan yang tersedia adalah lahan tanaman industri atau kebun campuran. Kondisi lahan ini termasuk marginal dan banyak cekaman, namun beberapa varietas kedelai sudah ada yang tahan akan cekaman-cekaman ini.

“Lahan ini dapat dimanfaatkan namun membutuhkan perlakuan khusus agar dapat dimanfaatkan secara ekonomis,” terangnya dalam Webinar Propaktani “Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Perluasan Areal Tanam di Lahan Perkebunan” yang digelar oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, baru baru ini.

Ilustrasi/foto: Thomas Kinto, unsplash.com

Ia melanjutkan, lahan perkebunan sawit muda yang berusia di bawah lima tahun sangat potensial untuk pengembangan kedelai. Intersepsi cahaya yang dimanfaatkan oleh sawit masih dapat diteruskan ke bawah tegakan dan dapat dimanfaatkan kedelai untuk tumbuh.

Menurutnya, sebaran kebun sawit terluas di Indonesia berada di Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah. Tren peningkatan luas lahan sawit di Indonesia juga masih cenderung naik.“Dari luas total 11 juta hektar, 20 persen merupakan tanaman yang belum menghasilkan. Artinya kita dapat memasukkan (kedelai) ke lahan seluas dua juta hektar, perlu diangkat sehingga bisa ada cash crop,” ujar Pakar Kedelai IPB University ini.

Ia menjelaskan, petani sebenarnya menyambut hangat bila ada lahan yang bisa dijadikan cash crop karena juga turut meningkatkan produktivitas sawit. Caranya adalah dengan melakukan pemodelan intersepsi cahaya tegakan sawit. Selain itu, jenis tanah yang dominan diusahakan di bawah tegakkan sawit adalah lahan kering yang umumnya ultisol atau lahan rawa yang berjenis inceptisol.

Menurutnya, penanaman kedelai di bawah tegakkan sawit di lahan ultisol ini sebaiknya diterapkan pada umur kelapa sawit 0-3 tahun. Perlu juga penambahan kapur dan pupuk kandang, sesuai kebutuhan lahan. Waktu tanam antara Februari dan Maret agar curah hujan saat tanam cukup dan kering saat panen.

“Jika sebelumnya pada bulan November ditanam jagung, maka kedelai dapat dilakukan dengan tanam sisip sebelum jagung dipanen atau dengan metode Relay Cropping. Semua biomassa sebaiknya dikembalikan ke lahan, kecuali biji yang dijual,” tambahnya.

Ia menambahkan, pada lahan inceptisol hampir sama, namun perlu diatur tata air makro, mikro dan saluran budidayanya. Selain itu perlu ada pintu air pemasukkan dan pengeluaran. Pada lahan-lahan ini dapat diberikan amelioran, bahan pembenah tanah untuk memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah. “Bahan ini dapat berasal dari kapur, bahan organik atau dari abu sekam atau dari campuran bahan-bahan tersebut,” ujarnya.

Di samping lahan perkebunan sawit, lanjutnya, kedelai juga dapat ditanam di areal perkebunan tebu. Metode budidayanya dapat dilakukan dengan tumpangsari pada saat tebu panen ratun atau dengan rotasi kedelai-tebu. 

Potensi areal tebu ini juga sangat baik untuk produktivitas kedelai, dengan metode tumpangsari hanya membutuhkan satu hektar lahan saja.  “Karena keterbatasan lahan, memanfaatkan lahan-lahan yang ada adalah salah satu strategi terbaik karena untuk membuka lahan baru membutuhkan cost yang mahal,” ujarnya.***ipbnews

Related posts

Tips Kurangi Potensi Flu Burung pada Peternakan

admin

Cerita dari Finlandia Festival: Kopi Geulis Sumedang Ludes Diserbu Pengunjung

admin

Habib Luthfi Bin Ali Yahya Warga Kehormatan Angkatan Darat

admin

Bahaya Kelebihan Vitamin, Sebaiknya Anda Tahu!

admin

Kemarau Kering Tahun Ini Dapat Berdampak Serius pada Pertanian Tadah Hujan

admin

bank bjb Berikan Kemudahan Mendapatkan Tiket VIP Kerlap Kerlip Festival 2023

admin

Leave a Comment