PPAD Prosperity— Para pencinta kopi harus tahu ini. Ternyata luwak bukan lah satu-satunya hewan yang bisa menghasilkan kopi enak namun ada sejumlah hewan lainnya yang juga bisa menghasilkan kopi enak. Kopi kelelawar, monyet, burung, coati bahkan kopi gajah yang sekarang terkenal bahkan harganya melampaui kopi luwak.
Prosesnya kurang lebih sama dengan luwak. Hewan-hewan itu memakan buah kopi yang sudah matang. Buah kopi yang tidak bisa dicerna dengan sempurna—hanya kulit buah yang berwarna merah yang bisa dicerna—sementara biji kopi utuh keluar bersama kotoran hewan-hewan itu. Biji-biji kopi itu kemudian dicuci, disortir, sebelum dipanggang lebih dari 200 derajat celcius.
Bicara kopi kotoran hewan. Ternyata bukan hal yang baru. Dikutip dari laman larbreacafe.com, ketertarikan masyarakat pada kopi yang berasal dari kotoran hewan sudah ada sejak abad ke-18. Konon, pada masa itu sempat naik daun kopi monyet, sementara di Indocina pada abad ke-20 sempat terkenal kopi kelelawar.
Namun kopi kotoran monyet maupun kopi kelelawar tak bisa bertahan karena hewan-hewan itu, tidak terlalu suka makan biji kopi. Kelelawar hanya suka menggigit sedikit buah kopi, begitu juga monyet yang hanya memakan kulit luar dari buah kopi dan meludahkan bijinya.
Saat ini ada empat kopi kotoran hewan yang popular yakni luwak, coati (hewan pemanjat pohon asal benua Amerika), burung jacu (burung asli Brazil) dan kopi kotoran gajah yang dikenal dengan nama Black Ivory Coffee.
Kalau kopi kotoran burung jacu berharga 200 euro atau dirupiahkan sekitar Rp 3 juta lebih per-Kg maka Black Ivory Coffee atau kopi dari kotoran gajah berharga $2000 per-Kg. Luar biasa mahal. Bahkan mengalahkan harga kopi luwak yang per-Kg $1300.
Black Ivory Coffee menjadi kopi termahal di dunia mengalahkan semua kopi-kopi mahal yang ada. Padahal, Black Ivory Coffee usianya relative baru dibanding kopi luwak. Bahkan disebutkan munculnya kopi kotoran gajah ini terinspirasi dari kopi luwak.
Beda dengan kopi luwak yang awalnya muncul secara alami, dalam artian, luwak liar yang menyukai buah kopi kemudian mengeluarkan biji kopi melalui kotorannya.
“Kopi Luwak tidak akan pernah ada jika para pemukim tidak melarang petani lokal untuk memetik kopi untuk mereka gunakan sendiri dan jika mereka tidak menemukan bahwa spesies musang atau luwak tertentu memakan buah dari pohon kopi dan mengeluarkan bijinya melalui kotoran. Petani local menemukan ini. Begitulah kopi luwak lahir,” tulis larbreacafe.
Sejarah kopi luwak, lanjut larbreacafe, dimulai bersamaan dengan penyebaran kopi yang tumbuh di seluruh dunia. Faktanya, Belanda menanam tanaman Arabika (Typica) pertama pada awal abad ke-18 untuk menjadikan kopi sebagai tanaman dunia. Di sanalah, sebelum aklimatisasi kopi di Kebun Raya Amsterdam, Suriname dan di semua koloni mereka, mereka mendirikan cultuurstelsel (“sistem budidaya”), pertama di Jawa dan kemudian di Sumatera, serta di beberapa pulau di negara mereka. Hindia Belanda.
Berbeda dengan kopi dari kotoran gajah yang memang diciptakan karena terinspirasi luwak. Kopi kotoran gajah Black Ivory Coffee diproduksi di Thailand Utara, diciptakan oleh pengusaha asal Kanada, Blake Dinkin yang memasukkan buah kopi ke dalam makanan gajah.
Dikutip dari Wikipedia, biji kopi arabica yang dimakan oleh gajah kemudian dikeluarkan melalui kotoran. Rasa kopi ini dipengaruhi oleh enzim pencernaan pada gajah yang memecah protein pada kopi. Protein merupakan salah satu faktor utama dalam kepahitan kopi. Dengan lebih sedikit protein, kepahitannya pun berkurang. Buah kopi ini dicerna gajah selama 15 hingga 70 jam sebelum mengeluarkan biji kopi dalam kotoran mereka.***dari berbagai sumber/din