PPAD Prosperity— Tim peneliti dari IPB University telah mengembangkan varietas sorgum untuk pangan yang dapat membantu mengatasi masalah gizi ganda (MGG) di Indonesia. Tim peneliti ini terdiri dari Dr Desta Wirnas, Dr Trikoesoemaningtyas, Prof Didy Sopandie, Dr Siti Marwiyah, dan Erin Puspita Rini, SP, MSi. Kelima peneliti ini berasal dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University.
Dikutip dari ipb.ac.id, Indonesia saat ini menghadapi masalah gizi ganda (MGG). Yaitu sebagian masyarakat mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) yang menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti stunting sedangkan sebagian masyarakat mengalami kelebihan gizi (over nutrition) yang menyebabkan obesitas dan berbagai penyakit degeneratif.
Saat berlangsung Konferensi Pers Launching Inovasi IPB University yang digelar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University, (29/7), di IPB International Convention Center (IICC), Kampus Baranangsiang, Bogor, Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengatakan, SORICE dapat membantu mengatasi MGG di Indonesia.
“Saat ini sebagian masyarakat mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) yang menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti stunting. Sedangkan di sisi lain, sebagian masyarakat mengalami kelebihan gizi (over nutrition) yang menyebabkan obesitas dan berbagai penyakit degeneratif,” kata Prof Arif.
Ia menambahkan, sorgum merupakan tanaman biji-bijian (serealia) yang menghasilkan biji dengan kandungan karbohidrat yang setara padi, tetapi dengan berbagai keunggulan yang dapat menjadikannya karbohidrat sehat. Biji sorgum mengandung protein, vitamin B dan zat besi yang lebih tinggi dari beras.
“Dengan kelebihan ini harapannya, sorgum dapat membantu mengatasi masalah kekurangan zat gizi pada sebagian masyarakat Indonesia,” tuturnya.
Kepala LPPM IPB University, Dr Ernan Rustiadi mengungkapkan, inovasi hasil penelitian ini layak untuk langsung disebarluaskan ke khalayak, mengingat hasilnya yang sangat signifikan dan menjanjikan. Terlebih dalam situasi situasi saat ini.
“Dunia saat ini sedang mengalami krisis pangan. Beberapa negara mengalami inflasi sangat tinggi. Indonesia sendiri harus bersyukur, lebih dari dua setengah tahun kita tidak mengimpor beras. Ini bagian dari keberhasilan negara kita,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Pelaksana Tugas (Plt) Dekan Fakultas Pertanian, Prof Suryo Wiyono menjelaskan varietas merupakan backbone dari teknologi produksi tanaman. Inovasi ini, menurutnya sangat penting bagi ketahanan dan program pangan, khususnya sorgum dan beras yang merupakan program pemerintah.
“Selamat kepada peneliti, semoga kontribusi para peneliti dosen di bidang pemuliaan, khususnya sorgum dan padi ini, makin mendapat tempat bagi inovatornya, IPB University dan tentunya ketahanan pangan di Indonesia,” ujar Prof Suryo Wiyono.
Dr Desta Wirnas selaku peneliti mengatakan, “Sorgum merupakan tanaman biji-bijian (serealia) yang menghasilkan biji dengan kandungan karbohidrat yang setara padi tetapi dengan berbagai keunggulan yang dapat menjadikannya karbohidrat sehat. Biji sorgum mengandung protein, vitamin B dan zat besi yang lebih tinggi dari beras. Dengan kelebihan ini, sorgum dapat membantu mengatasi masalah kekurangan zat gizi pada sebagian masyarakat Indonesia.”
Beras dan tepung sorgum, sebutnya, juga sangat sesuai untuk pangan masyarakat perkotaan yang mengalami over nutrisi. “Kandungan pati sorgum sebagian berupa “resistant starch” yang tidak mudah dicerna sehingga dapat mengenyangkan lebih lama tanpa menambah kalori. Sorgum juga mempunyai indeks glikemik antara 50-60 yang lebih rendah dari beras dari padi sehingga tidak cepat menaikan gula darah, “ jelasnya.
Lebih lanjut dikatakannya, biji sorgum terutama yang berwarna mengandung senyawa fenolik tinggi yang berfungsi sebagai antioksidan. Biji sorgum menghasilkan karbohidrat yang bebas gluten, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi pangan bebas gluten bagi penyandang autisme.
SORICE adalah singkatan dari Sorghum Rice atau beras sorgum yaitu nama yang diberikan bagi varietas sorgum yang dikembangkan oleh tim peneliti IPB University. IPB SORICE adalah varietas sorgum pangan dengan produktivitas tinggi. Varietas sorgum IPB SORICE Merah adalah sorgum berbiji merah hasil seleksi dari populasi hasil persilangan galur sorgum introduksi (PI-150-20-A) dan varietas nasional Kawali.
Sementara itu, varietas IPB SORICE putih mempunyai biji berwarna putih dan merupakan hasil seleksi dari populasi hasil persilangan galur introduksi PI-150-20-A dengan varietas nasional Numbu.
Varietas IPB SORICE mempunyai keunggulan sebagai varietas yang mempunyai potensi hasil tinggi. IPB SORICE merah mempunyai potensi hasil 7.25 ton/ha, sedangkan varietas IPB SORICE putih mempunyai potensi hasil 7.07 ton/ha lebih tinggi dari varietas nasional Numbu dan Kawali.
“Kedua varietas sorgum IPB University ini juga mampu tumbuh baik di lahan kering bertanah masam sehingga dapat mengurangi penggunaan input kapur pertanian jika ditanam di lahan bertanah masam. IPB SORICE telah ditanam di Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan sebagai bagian dari kegiatan uji multi lokasi,” ujar Dr Desta.
Menurutnya, varietas IPB SORICE mempunyai ketahanan moderat terhadap penyakit karat daun yang merupakan penyakit utama sorgum di Indonesia. Ketahanan ini akan membantu mengurangi kerusakan dan kehilangan hasil akibat penyakit karat daun.
Ia menambahkan, bagi petani, bertanam sorgum IPB SORICE dapat memberikan panen lebih dari satu kali dengan sekali menanam, karena varietas IPB SORICE mampu membentuk tanaman ratun setelah dipangkas saat panen. Kemampuan meratun selain menguntungkan bagi petani juga membantu konservasi tanah karena lahan tidak harus diolah kembali untuk menanam ulang.
“Tanaman ratun juga lebih menghemat air dan pupuk serta lebih cepat panen. Panen tanaman ratun dapat mencapai 60 persen dari tanaman utama. Daun dan batang sorgum varietas IPB SORICE juga mempunyai sifat stay green yaitu tetap hijau saat dipanen sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi,” imbuhnya.
Menurutnya, bagi masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa memasak nasi dari beras padi tidak akan mengalami kesulitan dalam mengolah sorgum karena beras sorgum dapat ditanak seperti menanak nasi dari beras padi. Tepung dari biji sorgum juga dapat diolah menjadi berbagai makanan baik cake maupun kue kering yang bebas gluten dan berprotein tinggi,” tandasnya.***ipb.ac.id