PPAD Prosperity— Salmonella Pullorum merupakan bakteri yang dapat ditemukan pada hewan unggas. Bakteri ini dapat menyebabkan kerugian besar sebab dapat mengakibatkan kematian pada unggas. Pemberian antibiotik kerap digunakan untuk menangani hal ini. Namun ternyata penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat meninggalkan zat sisa pada daging unggas dan bisa berakibat kurang baik jika dikonsumsi oleh manusia.
Menanggapi fenomena ini, akademisi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) yaitu Prof Dr Ir Sri Hidanah MS berkolaborasi dengan Dr drh Emy Koestanti Sabdoningrum MKes menemukan inovasi dengan judul Ekstrak Meniran dan Sambiloto sebagai Antibakteri terhadap Salmonella Pullorum.
Kedua akademisi UNAIR itu telah melakukan penelitian tentang manfaat meniran sejak tahun 2012. Penelitian yang terus menerus dilakukan akhirnya mencetuskan ide untuk menggabungkan meniran dengan sambiloto.
“Kami melihat kedua hal ini mudah ditemukan di sekitar jadi bisa mengurangi biaya yang dikeluarkan peternak. Apalagi antibiotik growth promotor (AGP) yang biasa dipakai dilarang untuk digunakan,” kata Prof Hidanah.
Dahulu AGP menjadi campuran pakan ternak utamanya ayam agar ayam pertumbuhan ayam menjadi lebih baik dengan angka kematian yang rendah. “Pemakaian AGP ini dilarang karena akan meninggalkan zat sisa di daging ayam. Oleh sebab itu kami mencari pengganti AGP ini dengan bahan alam,” tuturnya.
Salmonella Pullorum ternyata tidak hanya ditemukan di saluran pencernaan namun dapat pula ditemukan di saluran reproduksi. Sambiloto dipilih sebagai bahan alami yang mendampingi meniran karena kedua bahan ini memiliki manfaat yang saling melengkapi satu sama lain.
“Sambiloto jika digabung dengan meniran ini kerjanya sinergis. Sebelumnya kami sudah mengumpulkan berbagai bahan herbal. Tapi hasilnya yang senyawa aktifnya bekerja secara sinergis itu meniran dengan sambiloto,” terang drh Emy.
Manfaat Bagi Manusia
Ternyata inovasi ini tidak hanya bermanfaat bagi hewan ternak namun juga kepada manusia. Penggunaan ekstrak meniran dan sambiloto ini akan meningkatkan kekebalan tubuh hewan unggas agar terhindar dari berbagai penyakit, salah satunya Salmonella Pullorum.
Sementara itu hewan ternak yang mendapat paparan zat kimia yang dosisnya tidak sesuai aturan maka akan meninggalkan zat sisa. “Apalagi bagi ayam petelur dan ayam broiler ini bisa saja terjadi antimicrobial resisten,” jelas drh Emy. Antimicrobial resisten merupakan keadaan dimana bakteri, virus, jamur, dan parasit kebal terhadap obat yang diberikan.
Dengan penggunaan bahan alami diharapkan kualitas produk yang dihasilkan hewan ternak dapat meningkat. “Dengan menggunakan bahan alami maka hasil daging lebih sehat, telur yang dihasilkan lebih baik karena tidak ada zat sisa antibiotik. Jadi telur dan daging lebih sehat untuk dikonsumsi oleh manusia,” ungkap drh Emy.
Tindak Lanjut
Inovasi yang telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ini akan dikembangkan menjadi sediaan paling kecil yang disebut nano. “Kalau dalam bentuk ekstrak ini pemberian ke unggas di luar pakan karena jika dicampur ditakutkan tidak tercampur dengan baik,” tutur drh Emy.
Jika sediaan meniran dengan sambiloto ini berupa nano maka pemberiannya dapat dicampurkan dengan pakan ternak. “Untuk pembuatan sediaan nano ini kita harus berkolaborasi dengan industri lainnya dan sedang kami tindak lanjuti tentang ini,” pungkas drh Emy. ***unair.ac.id