PPAD
Berita TerkiniSerba-serbi

DIQI adalah Mimpi Lama Jenderal Temas

MUNGKIN Anda pernah mendengar pepatah ini: “Mimpi yang tak pernah mati, akan selalu terwujud”. Sebuah pepatah yang menggambarkan bahwa impian yang terus dipegang kuat akan memiliki kekuatan untuk terwujud pada akhirnya, meski mungkin butuh waktu.

“Pepatah itu sangat mengena dengan kehidupan saya,” ujar Brigjen TNI Purn Temas, MM, M.Pd. Purnawirawan yang satu ini sejak usia menjelang masuk SD sudah bermimpi menjadi santri. Apa daya, kakeknya tidak setuju, dan meminta ayahnya menyekolahkan di sekolah umum.

Alhasil, pendidikan SD pun ditempuhnya di SD Suranenggala Kidul (1976), lanjut SMP Muhammadiyah 1 Cirebon (1980) dan SMA Muhammadiyah 4 Jakarta (1983).

Setelah lulus SMA, takdir pun mengantarnya ke Akademi Militer, Magelang, Lulus Akmil angkatan 1987, Temas melanjutkan pengabdiannya di dunia militer. Tak kurang dari 35 tahun, hidup dan kehidupannya didedikasikan untuk kepentingan bangsa dan negara  dengan dilandasi  Sapta Marga dan Sumpah Prajurit yang dipegang teguh.

Brigjen TNI Purn Temas bersama santri DIQI

“Terus terang, ketika kakek melarang saya nyantri, ada rasa kecewa. Tetapi cukup terobati, karena setelah sekolah umum, sorenya saya ngaji. Toh mimpi menjadi santri tidak pernah padam hingga saya menjadi taruna Akademi Militer,” tutur pria kelahiran Cirebon 30 April 1964 itu.

Terusik Mimpi Lama

Memasuki usia 50 tahun, Temas mulai memikirkan kembali perihal pondok pesantren. Tentu konteksnya tidak lagi keinginan menjadi santri, melainkan mendirikan pondok pesantren untuk kegiatan saat purna tugas delapan tahun kemudian.

Niat itu betul-betul diwujudkan tahun 2018, tepatnya bulan Mei saat bulan Ramadhan. Bertepatan pula empat tahun menjelang pensiun.

Niat tidak sekadar niat. Temas telah memantapkan hati untuk berkiprah di dunia pendididkan. Karenanya, satu tahun sebelum pensiun, ia kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI). Lulus satu tahun kemudian, dan ia pun menyandang gelar M.Pd (Magister Pendidikan).

Ia memulainya dengan mendirikan rumah tahfidz di mushola samping rumahnya di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Untuk diketahui, rumahnya terbilang satu kawasan dengan kediaman Presiden Prabowo Subianto.

H. Temas ikut membimbing para santri

Sebelum membangun rumah tahfidz berukuran 6 x 6 meter itu, terlebih dulu Temas menyambangi RT dan RW. Bak gayung bersambut, RT-RT hingga RW, hingga ke kepala desa, mengabarkan adanya rumah tahfidz gratis bagi warga. Tak pelak, dalam waktu singkat telah mendaftar 25 siswa.

Rumah tahfidz yang pertama terletak di Kampung Bojong Koneng yang dikepalai oleh ustadz Miftah. Gurunya satu orang, dari Kampung Cibingbing, dua guru dari Cijayanti, dan dua guru dari Cibinong.

Sedangkan, rumah tahfidz kedua dibangun di Kampung Tapos yang dikepalai oleh ustadz Rozak, dengan lima orang guru, masing-masing tiga orang dari Cibingbing, satu satu Garungsang, dan satu orang dari Cijayanti.

“Jumlah murid terus bertambah, hingga dalam waktu satu tahun sejak pertama dibuka, jumlah santri mencapai 125 yang kami bagi menjadi lima kelas,” ujar Temas, senang.

Mengenang awal-awal pembukaan rumah tahfidz, Temas teringat betapa ia memulainya dari nol. “ kegiatan mengaji di mushola terbatas sehingga Sebelum ada gazebo, kegiatan mengaji kami lakukan di ruang garasi mobil,” katanya.

Namun saat ini, selain mushola yang diperlebar 4 x 6 meter. Tiga kelas lain menggunakan bangunan gazebo masing-masing berukuran 4 x 6 meter (dua unit), dan 5 x 6 meter (1 unit). Keduanya terletak di halaman rumah.

Untuk semua langkah mulia tadi, Temas menerima donasi dari para pihak terutama Bank BRI, yang memberikan donasi untuk renovasi mushola dan pembangunan tiga gazebo.

Wisudawan-wisudawati tahfidz Alquran Ponpes DIQI

Mendirikan DIQI

Tekad Temas mendirikan Pondok Pesantren semakin tak tergoyahkan, setelah mendalami Alquran dan hadits. “Hati saya bergetar bergetar setelah membaca surat Yusuf ayat 2 : ‘sesungguhnya kami turunkan Al Qur’an berbahasa arab agar kalaian mempelajarinya’,” ujar Temas.

Tak hanya itu, hatinya makin tersentuh setelah ia membaca hadits Nabi; “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya”. “Hanya dengan mengamalkan Alquran dan hadits itu saya bisa termotivasi untuk belajar dan bisa mengajar, agar masuk golongan sebaik- baiknya,” tekad Temas.

Ia pun mulai mencurahkan perhatian tahun 2022, pasca pensiun bulan Mei. Temas pensiun dari jabatan terakhir Staf Ahli Kasad sebagai Sahli Tk II Bidang Ekonomi dan Keuangan. Sebelumnya, Brigjen Temas adalah Direktur Keuangan TNI Angkatan Darat (Dirkuad).

Mimpi lama pun terwujud. Tahun 2022 ia pun meresmikan berdirinya Pondok Pesantren Darul Ilmi Quran Indonesia (DIQI). Sebuah bangunan tiga lantai berbiaya Rp 2,5 miliar pun berdiri atas bantuan para donatur.

Setahun kemudian, 2023 ia kembali menambah rumah tahfidz di Kampung Tapos, Desa Bojong Koneng, Babakan Madang. Kurang lebih 2 km dari lokasi pertama. Di lokasi yang baru pun, Temas mengawalinya dengan menyambangi RT, RW, dan pihak desa. Dalam waktu 1 bulan santri yang mendaftar sebanyak 25 maka di bentuklah 1 kelas, waktu berjalan setiap hari santri bertambah terus sehingga dalam waktu 1 tahun santri berjumlah 110 yang kemudian dibagi menjadi 5 kelas.

Ditanya alasan mendirikan DIQI, Temas menyebutkan ada dua. Pertama, tekad dan keinginan membantu pemerintah dalam ikut mencerdaskan bangsa. Kedua, tekad dam semangat untuk membantu masyarakat yatim dan kaum dhuafa.

“Alhamdulillah, saat ini DIQI memiliki asset tanah wakaf seluas 1.400 m2 dan bangunan 1 lokal berlantai 3. Konsep DIQI adalah kemandirian pondok pesantren dengan usaha menjual air mineral dalam kemasan merek Kafsa dan hasil kebun” ujar Temas.

Kini, ia melihat ada secercah sinar terang di hadapannya. “Awalnya di Desa Bojong Koneng banyak sekali anak-anak yang tidak bisa baca Alquran. Juga masih banyak orang tua tak mampu menyekolahkan anak. Itu pula yang makin memotivasi saya untuk bergerak di bidang pendidikan setelah pensiun,” paparnya.

Beruntung, ia mendapat dukungan penuh dari istri dan anak-anaknya. Termasuk, tidak ada yang keberatan ketika ia harus memakai uang tabungan sekitar Rp 100 juta untuk membangun mushola. “Niat baik insya Allah menemukan jalan yang baik. Terbukti untuk membangun gazebo dan mushola, kami mendapat bantuan dari mitra BRI Pusat,” katanya.

Saat ini, para santri bisa belajar dengan nyaman. Temas dibantu sepuluh guru ngaji (ustadz/ustadzah), yang berasal dari Desa Bojong Koneng lima orang, Garungsang satu orang, Cijayanti dua orang, dan Cibinong dua orang.

Ke depan, Temas bertekad mencetak generasi muda yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia yang paham Alquran. “Saya ingin memberantas buta Alquran” tekadnya.

Selain itu, Temas juga membekali santrinya dengan pengetauan kewirausahaan. “Hanya dengan wirausaha akan membuka lapangan kerja,” katanya.

Untuk mengawali Darul Ilmi Quran Indonesia (DIQI), Temas senantiasa berdiskusi dengan K.H. Rohimi Ridwan SEI, MM, MA. Ia adalah seorang Kepala Sekolah di Pesantren Darul Quran Cikarang, Bekasi.  Ustadz Rohimi juga sebagai pembina Ponpes DIQI.

“Saya dan ustadz Rohimi sering diskusi, terutama waktu saya menjenguk anak yang mondok di pesantrennya,” katanya.

Sekilas Temas

Temas. Namanya sependek itu. Ia lahir di Cirebon pada tanggal. 30 April 1964 yang merupakan  anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Truno dan Ibu Kumpe. Sejak kecil, ia tinggal di Jl. Raya Suranenggala, Desa Suranenggala Kidul, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon.

Selain aktif di dunia militer, ia juga bergiat dalam berbagai organisasi keagamaan. Di antaranya sebagai Pembina Rumah Tahfidz Daarul Qur’an Bojong Koneng, Babakan Madang, Bogor (2018 – sekarang), Pembina Pesantren Daarul Ilmi Bojong Koneng, Babakan Madang, Bogor (2022 – sekarang), sebagai Pembina Yayasan Daarul Ilmi Qur’ani Indonesia (2021 – sekarang), dan sebagai Dewan Penasihat Yayasan Al-Wayiyyah Jakarta Timur (2018 – sekarang), Penasehat Pondok Pesantren Umul Quro Pondok Cabe, dan Majelis Dakwah Sunan Kali Jaga. Temas juga tercatat menjabat Penasihat Peran UMKM Indonesia.

Selain itu, Temas juga aktif dalam organisasi sosial sebagai FKPPAI (Forum Komunikasi Pemuda Pencinta Alam Indonesia), sejak 2020, tetapi saat ini sudah tidak aktif lagi. Yang menarik, Temas memiliki motto hidup yang sederhana, yaitu “sedikit bicara banyak bekerja’. (*)

Related posts

UMKM harus Ciptakan Produk Berbasis Sains dan Teknologi agar Dapat Bersaing di Era Digital

admin

Teknologi: Lemak Hewan Dijadikan Bahan Bakar Pesawat

admin

Doni Monardo Minta BUMN Tambang Transparan Kelola CSR

admin

Kasad Jenguk Korban Peristiwa Kanjuruhan Malang

admin

Jenderal Dudung Sambut Hangat Kunjungan Kehormatan Kepala Staf AD Australia

admin

Ini Varietas Bawang Merah dengan Produktivitas 3 Kali Lipat Rata-Rata Produksi Nasional

admin

Leave a Comment