PPAD Prosperity— Teknologi Bio imunisasi benih inovasi IPB University yang diterapkan di Subang, Jawa Barat membuahkan hasil dengan menyelamatkan ratusan hektar lahan petani. Teknologi ini mampu mengatasi penggerek batang padi yang telah jadi permasalahan menahun para petani di Desa Ciasem Baru dan Desa Ciasem Girang, Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Pendampingan teknologi dilaksanakan mahasiswa IPB University yang dipandu oleh Prof Suryo Wiyono dan Prof Widodo. Keduanya merupakan pakar proteksi tanaman IPB University. Prof Suryo mengatakan, prinsip pengelolaan penggerek batang yang dilakukan ada dua, yaitu bio imunisasi dan pengumpulan kelompok telur di persemaian.
“Pengumpulan kelompok telur di pesemaian untuk mengurangi populasi awal hama. Sedangkan bio imunisasi meningkatkan ketahanan padi terhadap hama dan penyakit. Keduanya merupakan teknologi IPB University yang mapan dan siap untuk diterapkan secara masif ke daerah endemik penggerek batang dan penyakit blas,” jelas Prof Suryo.
Bio imunisasi merupakan teknologi perlakuan benih dengan mikroba endofit dan plant growth promoting rhizobacteria (PGPR). Teknologi ini membuat tanaman menjadi tahan hama dan penyakit.
Melalui program Kedai Reka Patriot Pangan IPB University 2022 yang berjudul Program Aplikasi Teknologi Tepat Guna untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional melalui One Village One CEO (OVOC). Program melibatkan delapan mahasiswa IPB University dan dilaksanakan Desember 2022 lalu. Kegiatan ini turut melibatkan sebanyak empat kelompok tani dengan 51 orang dan sawah seluas 200 ha.
Pada pertengahan Maret 2023, saat tanaman mendekati bermalai, program ini menunjukkan keberhasilannya. Hampir semua petani peserta program ini mengatakan bahwa teknologi ini efektif untuk mengendalikan penggerek batang padi.
“Teknologi bio-imunisasi benih yang dilakukan memiliki pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman padi, dimulai dari persemaian yang daya perkecambahannya hampir mencapai 100 persen. Pertumbuhan bibit juga merata, akar tumbuh lebih lebat,” ucap Vektor, yang merupakan petani peserta program
Selain itu, lanjut dia, pertanaman padi yang diberi perlakuan bio imunisasi benih lebih tahan terhadap serangan hama penggerek batang padi dibanding sawah tanpa perlakuan.
Damis, petani yang menerapkan teknologi bio imunisasi, turut membandingkan performa pertanaman padi miliknya. Ia menduga bahwa persemaian yang diberi perlakuan bio imunisasi benih tidak disukai oleh kupu penggerek batang untuk meletakkan telur. Padahal, persemaian bibit miliknya dan petani lainnya (Tono) berada di lokasi yang saling berdekatan.
“Serangan penggerek batang di lahan saya jauh lebih sedikit dibandingkan sawah milik Pak Tono. Padahal, lahan kami hanya terpisahkan oleh pematang sawah. Kejadian ini diperoleh setelah saya menerapkan teknologi bio imunisasi, sedangkan sawah Pak Tono tidak menerapkan teknologi ini,” ungkap Damis, petani yang lain.
Di sisi lain, serangan sundep di antara lahan milik Damis dan Tono juga terlihat berbeda. Di lahan milik Damis, serangan sundep cenderung sedikit dan dapat dihitung. Sementara lahan milik Tono cenderung merata pada setiap rumpun. Serangan sundep pada petak dengan perlakuan bio imunisasi benih jauh lebih kecil dibanding pada lahan konvensional.
Anakan terserang sundep pada petak tanpa perlakuan mencapai 67,30 persen. Adapun, pada perlakuan bio imunisasi hanya sebesar 21,59 persen. Sawah yang lain, milik Casmudi yang dibio imunisasi, berlokasi di perbatasan desa, aman dari penggerek, sementara di sebelahnya terserang berat.
“Program IPB University ini sangat bagus dan secara umum berhasil. Penggerek batang di sawah-sawah lokasi kegiatan terbukti terkendali dibanding yang lain. Ke depan, program pendampingan teknologi dari perguruan tinggi untuk petani perlu diperluas dan intensif. Pasalnya sekarang tantangan yang dihadapi petani padi makin berat, iklim yang makin tidak menentu, hama penyakit yang makin berat,” sebut H Mad Anwar, SP, MP, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Kecamatan Ciasem.***ipb.ac.id