PPAD Prosperity— Lagi, terobosan dihasilkan oleh Universitas Airlangga. Kali ini oleh Prof Heny Arwati Dra MSc PhD yang baru saja menyandang gelar Guru Besar Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (FK UNAIR). Penyematan gelar tersebut berlangsung di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus MEER-C pada Rabu (18/10/2023).
Dikutip dari laman Unair.ac.id, dalam momentum tersebut, Prof Heny menyampaikan terobosan yang bertajuk Kajian Toksisitas dan Imunitas Hospes: Empedu Kambing Obat Antimalaria Tradisional Indonesia. Ia mengatakan terobosan tersebut bermula dari ibunda Dr Ramadhani Rusdi Bahalwan menderita sakit malaria dan berangsur membaik karena mengkonsumsi empedu kambing.
Khasiat Empedu
Gubes Fakultas Kedokteran tersebut memaparkan, pemanfaatan empedu hewan telah terkenal sejak dahulu kala. Terbukti, pada zaman dinasti Zhou pada Tiongkok Kuno hingga Dinasti Ming telah memanfaatkan empedu hewan terlebih dahulu untuk alternatif pengobatan tradisional.
Tak hanya itu, masyarakat Tiongkok memanfaatkan empedu kambing sebagai terapi. Mereka meyakini pemanfaatan itu dapat mengobati atrofi optik, konjungtivitis hemoragik akut dan berbagai penyakit menular lainnya. Masyarakat Indonesia juga memanfaatkannya untuk menambah stamina pada peringatan Hari Raya Idul Fitri.
Prof Heny menjelaskan, pemanfaatan empedu kambing harus sesuai dengan kebutuhan dari orang yang menderita malaria. Tak dapat sembarangan dalam menentukan kadar kebutuhan. Karena jika diberikan berlebihan akan menimbulkan toksisitas pada tubuh manusia.
“Hal ini perlu adanya penentuan dosis yang pas untuk dapat mendapatkan hasil yang maksimal dalam penanganan penyakit malaria. Dalam penentuan dosis harus pas tidak boleh berlebihan dalam mengkonsumsi,” papar Prof. Heny.
Dosis yang Tepat
Gubes kelahiran Wonosobo itu melanjutkan, untuk mendapat kualitas terbaik harus dengan memilih kondisi kambing yang baik. Kambing Jawa dianggap cocok untuk penyembuhan malaria. Pemilihan kambing Jawa untuk meminimalisir perbedaan kandungan dari jenis kelamin, spesies, dan strain hewan.
Pemilihan ukuran empedu kambing juga harus menjadi perhatian. Ukuran yang pas berkisar 7-10 cm. Pemilihan ukuran ini disebabkan untuk kemudahan untuk mengkonsumsi serta menghindari adanya kasus tersedak karena ukuran yang terlalu besar.
Prof Heny mengimbau, masyarakat harus berhati-hati dalam mengkonsumsi empedu kambing. Tidak disarankan untuk mengkonsumsi terlalu sering karena akan menimbulkan toksik pada tubuh yang berlebihan dan mengurangi adanya manfaat dan khasiat.
“Dalam terobosan ini, masih adanya penelitian berkelanjutan untuk mengukur efek imunologi dan klinis dari empedu kambing agar terobosan ini menjadi sempurna dan berguna di masa mendatang,” ungkapnya.***unair.ac.id