PPAD Prosperity— Kondisi sektor pertanian Indonesia tidak selalu berada di posisi aman. Upaya revitalisasi untuk menguatkan sektor pertanian kini menjadi semakin penting. Baik dari sisi teknologi, manajemen, kelembagaan, instrumen politik dan sumberdaya manusianya.
“Kita perlu melakukan suatu identifikasi atas kelemahan yang dimiliki sektor pertanian kita sehingga dapat ditangani. Terutama kebijakan yang berpihak kepada petani agar pemerintah dapat menopang sektor pertanian untuk memberikan ekosistem pertanian yang menggairahkan bagi petani,” ujar Dr Aceng Hidayat, Sekretaris IPB University dalam Webinar Propaktani bertajuk “Revitalisasi Pertanian 2023” yang digelar oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI, (25/01). Demikian dikutip dari laman ipb.ac.id
Tri Budiarto MSi, Dosen Sekolah Vokasi IPB University ikut menjelaskan, revitalisasi pertanian 2023 harus dimulai dari perubahan cara pandang generasi muda dan keberpihakan pada para petani.
Usia petani rakyat yang semakin tua dan semakin sedikit, tidak dibarengi dengan penambahan sumber daya manusia (SDM) petani muda. Menurut kacamata mahasiswa, petani masih dipandang sebagai pekerjaan yang tidak prospektif.
“Data statistika pertanian selama periode 2010-2014, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mengalami penurunan hingga 1,93 persen. Penurunan ini memperjelas bahwa pertanian tidak mampu memberikan kesejahteraan menjanjikan bagi petani,” ungkapnya.
Tidak terkecuali petani pemulia, selaku pahlawan lokal yang penuh dedikasi dan kaya akan karya prestasi. Petani pemulia membutuhkan ruang ekspresi dan berkarya untuk bergelut dalam perakitan varietas tanaman unggul.
“Di samping potensinya, masih terdapat keterbatasan berupa biaya untuk syarat pendaftaran dan pelepasan varietas serta hilangnya kesempatan pemanfaatan benih unggul karya pemulia yang menghambat tercapai kedaulatan benih dan pangan bagi petani Indonesia,” terang Tri.
Dr Lili Dahliani, Dosen Sekolah Vokasi IPB University juga menambahkan revitalisasi pertanian terutama dalam aspek SDM sangat dibutuhkan atas fakta lemahnya pendidikan petani. Lebih dari satu dekade terakhir, jumlah pekerja di sektor pertanian selalu menempati peringkat pertama. Namun, dari banyaknya pekerja tersebut, terdapat lebih dari 10 juta pekerja tidak menamatkan pendidikan SD.
Implikasinya, lanjutnya, sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar rumah tangga miskin di Indonesia. Di samping produktivitasnya rendah, biaya operasional pertanian tinggi, pendapatan per tahun yang diperoleh juga masih tidak sebanding.
“Faktanya di lapangan, sektor pertanian bukanlah sektor unggulan lagi di Indonesia. Dapat dilihat dari kontribusinya dalam struktur Pendapatan Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan. Bandingkan dengan sektor industri pengolahan yang selalu konsisten, sehingga harus ada upaya revitalisasi,” katanya.
Padahal, katanya, sektor pertanian menjadi penopang kehidupan masyarakat dari sisi ekonomi, sosial dan pangan. Apabila kondisi pertanian semakin menurun di tengah bertambahnya jumlah penduduk, maka Indonesia terancam akan mengalami krisis pangan.
“Fact finding atau sensus pertanian akan memberikan gambaran secara komprehensif mengenai kondisi pertanian di Indonesia yang dikabarkan akan dilaksanakan bulan Juni 2023,” tutupnya. ***ipb.ac.id