PPAD
Serba-serbiTips

Kuasai Pengelolaan Air, Kunci Sukses Budidaya di Lahan Rawa

PPAD Prosperity— Siapa bilang lahan rawa tidak bisa produktif? Pasti bisa! Kuncinya pada pengelolaan air. Menurut peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Khairil Anwar, rawa identik dengan air dan tanah yang cepat berubah. Karena itu pengelolaan air pada lahan rawa merupakan hal yang penting.

Menurutnya, pengelolaan air yang baik mampu meminimalkan penurunan kualitas tanah sekaligus meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman (IP) padi, sehingga mampu mendukung program pemerintah dalam pengembangan lahan rawa yang berkelanjutan.

Dikutip dari litbangtan.go.id, Khairil menjelaskan, penerapan semua komponen teknologi dalam budidaya padi membutuhkan pengaturan tinggi muka air (tma) petak sawah. Untuk bisa mengendalikan tinggi muka air butuh dukungan infrastruktur/sarana tata air mikro.

Khairil pun menjelaskan pentingnya tanggul untuk mengendalikan tinggi air serta pintu air untuk memperlancar aliran air untuk mencegah keracunan besi dan aluminium. Tanggul dibuat mengelilingi petak sawah agar air tidak bisa bebas keluar masuk dengan tinggi tanggul harus lebih tinggi dari genangan tertinggi di sawah, yang bisa terjadi pada puncak musim hujan. Kemudian lebar tanggul dibuat agar mampu menahan rembesan (1-1,5m).

Selanjutnya, tanggul dibuat dari tanah liat untuk meminimalkan rembesan. Saluran hasil galian berfungsi sebagai saluran irigasi/drainase/ penyangga. Menurut Khairil, tanggul juga berfungsi sebagai jalan usahatani dan untuk tanam sayur-sayuran.

Lebih lanjut diterangkan Khairil mengenai saluran air (keluar dan masuk) untuk memperlancar gerakan air di petak sawah. Di antaranya, saluran keliling pada bagian dalam tanggul keliling sawah untuk menampung air dan mengalirkan air ke/dari sawah. Lebarnya 25-40 cm dengan kedalaman 20-25 cm.

Lalu, saluran kemalir/parit cacing di tengah sawah untuk memperlancar gerakan air di tengah sawah. Jarak antar parit cacing 3 – 12 meter dengan kedalaman sebatas mata cangkul. Khairil juga memberikan alternatif menerapkan sistem tanam jajar legowo untuk memperlancar gerakan air.

Dalam mengendalikan tinggi muka air dan kualitas air di petak sawah, Peneliti bidang Lahan, Air dan Iklim ini menjelaskan, dibutuhkan dukungan pintu pengendali tinggi muka air di saluran tersier/ sekunder yang berada di depan hamparan sawah.

“Pintu air dapat dibuat dari bahan kayu, semen atau pipa paralon di petak sawah. Pipa paralon lebih praktis dan lebih mampu menekan rembesan. Selain itu, dibutuhkan elbow/knee dan pipa penutup, penutup bisa dimodifikasi,” ujar Khairil.

Dijelaskan lebih mendalam oleh Khairil, pipa penutup elbow harus lebih tinggi dari puncak genangan musim hujan di saluran luar hamparan sawah (saluran sekunder/ tersier/kuartier). Penutup elbow juga dapat dimodifikasi agar lebih praktis dengan memasukkan bahan semen cor pada pipa penutup elbow (agak pendek, 20-25 cm) dan diberi tangkai untuk memudahkan mengangkat.

Selanjutnya, dalam mengendalikan tinggi muka air dan kualitas air di petak sawah membutuhkan dukungan pintu pengendali tinggi muka air di saluran tersier/ sekunder yang berada di depan hamparan sawah. Pintu dimaksud Khairil yakni pintu ayun/klep satu arah, pintu dam/tabat limpas, pintu stoplog/pintu ulir, pintu system elbow permanen.***litbangtan

Related posts

Enam Jenis Makanan untuk Merawat Kesehatan Paru

admin

Petani dan Penyuluh Pertanian Lakukan Antisipasi Puncak El Nino

admin

BMKG: Suhu Panas di Indonesia bukan lah Gelombang Panas

admin

Ini Dia 10 Jus Penurun Gula Darah yang Aman dan Efektif

admin

Prof Moh Yani Kembangkan Teknik Pemulihan Lingkungan yang Tercemar Limbah Berbahaya

admin

Tingkatkan Ekonomi Warga, Satgas Yonif 511/DY Bagikan Bibit Sayur Di Papua

admin

Leave a Comment