PPAD Prosperity— Penyakit katarak merupakan penyakit akibat kekeruhan pada lensa mata dan berpotensi mengakibatkan kebutaan. Hal ini berdasarkan hasil survei terbaru Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) di 15 provinsi di Indonesia dengan sasaran populasi usia di atas 50 tahun. Tercatat angka kebutaan mencapai tiga persen dan katarak menjadi penyebab tertinggi kebutaan sebesar 81 persen.
Dikutip dari laman unair.ac.id, umumnya katarak karena faktor lanjut usia, namun ternyata kelompok usia muda juga dapat menderita katarak. Menurut dr Indri Wahyuni SpM (K), dosen program studi PPDS 1 Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR), ada beberapa penyebab katarak pada usia muda. Di antaranya riwayat keluarga, penyakit mata lain (glaukoma dan uveitis), penyakit sistemik, penggunaan tetes mata secara rutin yang mengandung steroid, kebiasaan merokok, serta paparan sinar ultraviolet.
“Katarak yang sebab usia biasanya tidak karena keturunan, tapi katarak kongenital atau katarak pada anak itu sebagian besar keturunan dari orang tuanya,” ungkap dr Indri.
Selain itu, lanjutnya, kelompok usia muda yang mengidap penyakit sistemik seperti diabetes juga rentan menderita katarak. Ia menjelaskan hal tersebut berkaitan dengan metabolisme glukosa pada penderita diabetes yang mempengaruhi metabolisme lensa.
Gejala dan Diagnosis
Dari penuturan dr Indri, gejala awal yang dialami pasien katarak adalah gangguan kabur hingga kemampuan penglihatan yang semakin menurun. Lebih lanjut, ia menyebut tanda-tanda orang yang menderita katarak antara lain: Penglihatan mata kabur, buram, dan seperti ada bayangan awan atau asap; Terdapat lingkaran putih saat memandang sinar; Membutuhkan cahaya terang untuk membaca atau ketika beraktivitas; Sulit untuk melihat pada malam hari; Penglihatan semakin buram, meski sudah berganti ukuran kacamata; Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena ketidaknyamanan; Mata menjadi sangat sensitif terhadap cahaya; Penglihatan ganda; dan Warna memudar atau cenderung menguning saat melihat pandangan ganda dengan satu mata.
Dokter spesialis mata RSUD dr Soetomo itu menekankan apabila penderita mengalami gejala di atas, maka ia menyarankan agar segera periksa ke tenaga kesehatan. Diagnosis pasien dengan kecurigaan katarak dilakukan dengan skrining tajam penglihatan.
“Penatalaksanaan atau pemeriksaan katarak, khususnya pada anak-anak itu jangan sampai terlambat. Sebab kita harus segera membuka visual axis opacification atau tempat untuk jalannya sinar masuk supaya perkembangan penglihatannya bisa tercapai dengan baik,” terangnya.
Penanganan
Kendati katarak menjadi penyebab utama kebutaan, dr Indri menyebut katarak dapat ditangani melalui tindakan operasi. Tentunya keputusan operasi tersebut harus berdasarkan persetujuan pasien bersangkutan.
“Manakala pasien sudah sepakat, kita baru melakukan operasi untuk membersihkan lensa yang kotor. Kemudian, menggantinya dengan lensa buatan,” ujar dokter spesialis mata bidang katarak dan bedah refraktif itu.
Saat ini operasi katarak, kata dr Indri, terdapat berbagai teknik seiring dengan perkembangan teknologi. Sehingga masa pemulihan pasien katarak setelah operasi juga semakin cepat, terlebih pada pasien yang tidak memiliki komplikasi.
Pada akhir, ia mengajak masyarakat terutama kelompok yang terindikasi dalam faktor risiko katarak untuk rutin melakukan check-up. Selain itu, dr Indri menekankan bahwa katarak sebagai penyebab kebutaan sejatinya dapat teratasi.***unair.ac.id