Catatan Egy Massadiah
Kenangan 4 Desember 2017 menari-nari di benak Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo. Sebuah moment tak terlupakan ketika ia menyeruput kopi bersama Presiden Joko Widodo di warung kopi “Sejiwa”, Jl, Progo, Bandung, Jawa Barat.
Alhasil, Doni pun mencoba meniti kembali kenangan itu, saat ada kegiatan ke Bandung: menjadi narasumber, diskusi bertajuk “Bela Negara, Jaga Alam”. Ibarat “pucuk dicinta ulam tiba”.
Lebih relevan lagi karena acara itu terkait erat dengan program Citarum Harum.
Bagi Komisaris Utama BUMN MIND ID ini, semakin banyak pihak peduli program Citarum Harum yang dicetuskan saat menjabat Pangdam III/Siliwangi 2017 lalu dipayungi Perpres No. 15 tahun 2018, maka tentu semakin bernas.
Upaya menjaga “Citarum Harum” tersebut berlangsung Kamis (17/11/2022). Pemrakarsanya adalah Komandan Kodiklat Angkatan Darat (Dankodiklatad), Letjen TNI Ignatius Yogo Triyono. Ia menggagas kegiatan “Sinergi Pentahelix Sukseskan Citarum Harum”.
Kegiatan diikuti Siswa Diklapa II TNI AD dan Sespimma Polri TA 2022 dan dipusatkan di Sektor 5 Citarum Harum di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tentu sesuatu yang istimewa, para siswa yang merupakan calon calon pemimpin di masa depan mendapat bekal langsung dari pelaku program Citarum Harum.
Direktur Pendidikan Kodiklatad, Brigjen TNI Judi Paragina Firdaus, M.Sc. sebagai ketua penyelenggara menyampaikan, kegiatan ini adalah pembelajaran bagi siswa Diklapa II TNI AD dan Sespimma Polri tentang bagaimana membangun Sinergi antara TNI AD dan Polri dalam tugas, sesuai arahan Panglima TNI, Kasad, dan Kapolri.
Judi lulusan akmil 1993 adalah anggota langsung Doni saat masih sama sama bertugas di Wantanas. Judi menjabat Analis Kebijakan Bid Pengembangan Bela Negara, Deputi Pengembangan Setjen Wantanas (2019-2021). Ketika Doni menduduki Kepala BNPB dan Ketua Satgas Covid 19, Judi pun kerap mendukung langsung penugasan terkait kebencanaan dari Doni.
Romantis Tepi Sungai
Sekadar me-refresh fakta. Program Citarum Harum dibagi menjadi 23 sektor yang masing-masing dipimpin Komandan Sektor (Dansektor) yaitu perwira berpangkat Kolonel. Mereka bekerja di bawah koordinasi Komandan Satgas Citarum Harum. Masing-masing DanSektor tentu ingin sektornya kinclong dan wangi.
Jika selama ini, Sektor 1 (hulu Citarum di Cisanti) sering disebut sebagai sektor paling asri, kini tidak lagi. Sektor 5 tak kalah cantik. Sektor ini bahkan sering disebut “sektor romantis di tepi sungai”.
Salah satu yang viral adalah Spot Taman Icon di Kampung Sapan, Desa Bojong Mas, Kecamatan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung. Di sini menjadi semacam pusat beragam aktivitas, mulai dari wahana edukasi, olahraga, hingga ajang kongkow kongkow.
Taman Icon tertata indah dengan aneka bunga warna warni. Juga ditanam aneka sayuran, tanaman obat dan bumbu seperti jahe, kunyit, lengkuas, serai. Tak ketinggalan buah-buahan; jeruk lemon, jambu kristal, mangga, alpukat, rambutan, pepaya, dan lain-lain.
Di sudut lain, tampak gazebo, jogging track yang multi fungsi menjadi tempat senam warga dan area bermain anak, mushola, posko, dan kolam ikan. Semua dilengkapi spot selfie yang eksotik. Sejumlah fasilitas tempat duduk menghadap Citarum, acap dijadikan spot foto.
Jika Anda datang hari ini, tidak akan pernah menyangka, lokasi ini dulunya kumuh. Tempat pembuangan sampah. Bau dan kotor. Lebih bernuansa horror, karena untuk mencapai lokasi ini harus melewati lokasi kuburan. Belum lagi gempuran media internasional dengan julukan sungai terkotor.
“Saking banyaknya sampah kita bisa berjalan di atas sungai,” ujar Doni.
DanSektor silih berganti. Masing-masing komandan sektor bekerja melakukan penataan yang berkesinambungan.
Saat ini, Sektor 5 dipimpin Kolonel Arm Ruli Candrayadi. Alumni Akmil 1993 ini, jabatan definitifnya adalah Pamen Ahli Dankodiklatad bidang Sosial Budaya. Ruli alumni PPRA Lemhanas LX th 2020, yang sebelumnya pernah bertugas sebagai Danrem Mojokerto tahun 2019 – 2020.
Bela Ekosistem
“Bapak Citarum Harum”, Letjen TNI (Purn) Doni Monardo mengapresiasi Dankodiklatad dan penyelenggara yang telah menggagas program Bela Negara Menjaga Alam.
“Tanggung jawab membela negara bukan hanya menghadapi ancaman musuh dari luar tetapi termasuk ancaman kerusakan alam atau lingkungan ekosistem harus kita bela,” ungkapnya.
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum akan berakhir pada 2025. Doni Monardo berharap sudah mulai dipikirkan penanganan Sungai Citarum usai Perpres ini berakhir.
“Mohon kiranya Pak Wagub Jawa Barat (Uu Ruzhanul Ulum) dan tokoh masyarakat serta pihak terkait lainnya, mulai memikirkan masa depan penanganan Sungai Citarum setelah berakhirnya Perpres 15 Tahun 2018 ini,” kata Doni.
Pasca Perpres, keterlibatan TNI-Polri menjadi berkurang. Karena itu, Doni menyarankan mulai sekarang sudah ada pembicaraan untuk menentukan pihak mana yang akan menjadi ujung tombak “pasukan penjaga Citarum Harum”. “Kalau perlu, bicarakan lewat pertemuan, seminar, atau forum lain,” ujar Kepala BNPB 2019 – 2021 itu.
Menurut dia, banyak organisasi, komunitas atau pegiat lingkungan di Jawa Barat, yang bisa diberdayakan terkait penanggulangan Sungai Citarum ke depan.
“Mohon dari TNI Polri bisa memberikan masukan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sehingga konsep penataan Citarum ke depan tidak boleh berhenti, aktivitasnya berjalan terus,” tegas Doni
Kenangan Buruk
Doni mengilas balik ke era kelabu, ihwal buruknya kondisi Sungai Citarum. Sungai itu bahkan dijuluki sebagai sungai terkotor di dunia. Jangankan untuk mandi, menyentuh air pun tangan bisa gatal-gatal. “Namun sekarang, berkat kerja keras semua pihak, kondisinya jauh lebih baik,” katanya.
Menurut Doni, upaya menjaga kualitas ekosistem Sungai Citarum merupakan bentuk tanggung jawab seorang warga dalam membela negaranya.
“Tanggung jawab membela negara ini, termuat dalam UUD negara kita, setiap warga negara wajib dalam bela negara. Nah, apa yang dibela terhadap negara. Itu bukan hanya menghadapi musuh dari luar, tetapi ancaman kerusakan alam atau lingkungan ekosistem juga harus kita bela,” kata Doni.
Di tempat yang sama, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, keberhasilan penanganan Sungai Citarum tidak terlepas dari peranan berbagai unsur, salah satunya kolaborasi TNI-Polri dan berbagai unsur masyarakat.
“Pola pentahelix dalam penanganan Sungai Citarum ini luar biasa. Citarum jadi hebat karena ada kekuatan kebersamaan,” pungkas Uu.
Acara dilanjutkan dengan pembagian paket sembako kepada warga kampung Sapan, Kecamatan Bojongsoang, serta penanaman pohon dan penebaran bibit ikan.
Dalam kegiatan itu, Doni menghadiahkan kepada panitia 1.100 aneka pohon. Di antaranya, pohon rasamala (200), eukalyptus (200), damar (200), alpukat (200), suren putih (200) dan vetiver (100).
Kopi Puntang
Usai acara itulah Doni Monardo bernostalgia. Bersama sejumlah purnawirawan TNI-AD yang terhimpun dalam PPAD Jabar menyempatkan diri minum kopi. Sebelum berangkat, Doni menunjukkan foto dan artikel kenangan saat ngopi bersama Presiden Jokowi tanggal 4 Desember 2017 di Kopi Sejiwa, Jl Progo, Bandung.
Di hadapan Presiden Jokowi, Doni Monardo menyampaikan hal-ihwal tentang Sungai Citarum. Mulai dari status sebagai sungai terkotor di dunia hingga solusi yang ia tawarkan berupa program “Citarum Harum”.
“Bapak Presiden bertanya apa yang diperlukan untuk pemulihan Citarum, langsung saya jawab: Payung Hukum Bapak Presiden,” kenang mantan Dan Paspampres itu.
Hadir, turut minum kopi dan menjadi saksi ketika itu, antara lain Gubernur Jawa Barat Achmad Heryawan (Aher), Menteri PUPR Basuki Hadimulyo, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menhub Budi Karya Sumadi, dan KSP Teten Masduki. Bak gayung bersambut, Jokowi merestui dan mendukung program itu. Doni lalu tancap gas.
Atas nama kenangan itu pula, usai acara di Citarum, kami meluncur ke kedai kopi itu. Sesampai di Kopi Sejiwa, salah satu menu yang dicari adalah “Kopi Puntang”.
Kopi itu yang diseruput bersama Presiden Jokowi, dan ia ingin mengulangnya bersama para sahabat, termasuk Brigjen TNI Purn Yudi Zanibar, rekan seangkatan Doni Monardo (lichting 1985). Yudi adalah pelaku langsung Program Citarum Harum sebagai Dan Sektor 6 meliputi wilayah Kecamatan Bojong Soang dan Bale Endah.
Apa daya, menu “kopi puntang” habis. Saya seketika nyeletuk, kemungkinannya. Kopi puntang nya laris manis, sehingga menjadi langka.” Mereka hanya bisa tertawa, lalu memesan kopi yang lain.
Kenangan Jumpa Letjen Yogo
Menutup catatan, terbersit satu kisah masa lampau bersama Dan Kodiklatad Letjen TNI Yogo Triyono. Saya mengenalnya tahun 2010 di Phom Penh, ibukota negara Kamboja. Saat itu, saya berada dalam rombongan Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla menghadiri acara Centrist Asia Pacific Democrat International (CAPDI).
CAPDI adalah organisasi yang beranggotakan pemimpin-pemimpin negara dan mantan pemimpin negara, tokoh masyarakat, kalangan eksekutif, legislatif dan akademisi terkemuka se-Asia Pasifik. Lebih dari 20 negara tergabung dalam CAPDI.
Dalam pertemuan di Phnom Penh Jusuf Kalla terpilih menjadi Ketua CAPDI (dan terpilih kembali periode berikutnya).
Di acara itulah saya bersalaman Kolonel Inf Ignatius Yogo Triyono lulusan Akmil 1988. Ia menjabat Atase Pertahanan RI di KBRI Phnom Penh, Kamboja (2009 – 2012). Yogo berasal dari korps baret merah kopassus dan memiliki enam brevet, yakni: Brevet Komando, Brevet PARA, Brevet Parachutist Thailand (Kehormatan), Brevet Arhanud (Kehormatan), Brevet Astros (Kehormatan), dan Brevet Yudha Turangga Wiratama (Kehormatan).
Kami menikmati kuliner ikan sungai Phnom Penh. Usai berkenalan, saya menyimpan nomor teleponnya (Kamboja). Ketika kembali ke Tanah Air, saya pun mendapatkan nomor Indonesia-nya.
Saat Yogo menjabat Pangdam Cenderawasih kembali kami berinteraksi. Saya mendapat tugas dari Doni Monardo sebagai penghubung dalam rangka pembangunan Pusat Kuliner Sentani menjelang PON 2021 lalu di Papua.
Pangdam Yogo menugaskan Kolonel Czi Arief Novianto Akmil 95 sebagai koordinator pembangunan pusat kuliner tersebut. Saat ini Kolonel Arief sedang berada di Washington DC mengikuti pendidikan. Singkat cerita komunikasi via whatssaps terus berlangsung.
Begitulah, setelah satu dasawarsa lebih, takdir baru mempertemukan kami kembali secara fisik tahun 2022 di Sektor 5 Citarum. Dua-belas tahun kemudian. Kami pun saling berswafoto berdua di tepi Sungai Citarum. Sehat selalu jenderal. (*)
*) Egy Massadiah, Ketua Yayasan Kita Jaga Alam, jurnalis senior