PPAD Prosperity— Guru Besar Teknik dan Manajemen Lingkungan IPB University, Prof Moh Yani mengembangkan teknik bioremediasi yang berguna untuk memulihkan lingkungan yang tercemar limbah berbahaya dari pertambangan, manufaktur dan pertanian.
“Teknik bioremediasi merupakan salah satu metode untuk pemulihan lingkungan yang tercemar limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan memanfaatkan mikroba,” jelas Prof Moh Yani dalam konferensi pers pra-Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University yang dilakukan secara daring, baru baru ini.
Dikutip dari laman ipb.ac.id, Prof Yani mengungkapkan strategi pengembangan teknik bioremediasi lingkungan tercemar limbah B3 dimulai dari isolasi mikroba pendegradasi polutan, formulasi dan produksi bio-oil spill dispersant (BIO-OSD), seleksi tanaman fitoremedian dan pengembangan teknik bioremediasi dari skala laboratorium, pilot sampai penerapan di lapangan.
“Pengembangan isolat dan konsorsium mikroba dimulai dari eksplorasi sumber mikroba lokal. Selanjutnya dilakukan seleksi dan pengujian terhadap kemampuan mikroba hingga berhasil memperoleh isolat yang berkinerja baik dalam biodegradasi polyaromatic hydrocarbon (PAH) dan pestisida untuk keperluan pengelolaan lingkungan,” papar dosen di Departemen Teknologi Industri Pertanian ini.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, teknik bioremediasi dengan formulasi dan produksi BIO-OSD diperoleh dari campuran larutan surfaktan dietanolamida (DEA) dan metil ester sulfonat (MES) yang disintesis dari minyak sawit. Pengembangan formula BIO-OSD telah diteliti dan diujicobakan sejak tahun 2014.
“Prototipe BIO-OSD diujicobakan pada air laut dicemari minyak bumi. Setelah diberi BIO-OSD, cemaran minyak hilang dari permukaan dan larut. Dalam waktu dekat, produk BIO-OSD akan muncul di pasaran nasional,” urainya.
Selain itu, pengembangan teknik bioremediasi juga bisa dilakukan dengan teknik biopile, landfarming, bioslurry dan fitoremediasi. Berbagai teknik tersebut dikembangkan agar lebih efektif dan efisien dalam pengelolaan lingkungan tercemar. Pengembangan teknik biopile juga telah diuji coba pada skala lab hingga skala lapangan di salah satu perusahaan pertambangan migas.
Prof Yani menambahkan, pengembangan teknik pemulihan lingkungan lainnya adalah dengan teknik fitoremediasi. Teknik ini berupa seleksi tanaman fitoremedian yang dilakukan untuk memilih jenis tanaman yang toleran terhadap minyak bumi pada konsentrasi tinggi atau total petroleum hydrocarbon (TPH). Beberapa tanaman fitoremedian yang potensial adalah jarak pagar/kepyar, tagetes, sorghum, vetiver dan paspalum.
“Penggunaan tanaman dengan penambahan BIO-OSD akan mempercepat degradasi polutan limbah B3 atau minyak bumi dari tanah tercemar. Pengembangan skala bioremediasi teknik fitoremediasi telah dilakukan pada skala laboratorium hingga lapangan juga dilakukan di area perusahaan minyak dengan menggunakan tanaman vetiver dan rumput bahia (paspalum),” imbuhnya.
Menurut Prof Yani, masing-masing teknik bioremediasi memiliki karakteristik, keunggulan dan peruntukannya masing-masing tergantung kebutuhan dalam penanganan lingkungan tercemar limbah B3.***