Tiada hari tanpa berita banjir. Kurang lebih itu yang kita rasakan akhir-akhir ini. Kabar terbaru, Kamis 27 November 2025, datang dari bumi Serambi Mekah. Sembilan kabupaten/kota terendam banjir: Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Singkil, Aceh Utara, dan Aceh Selatan.
Berdasar catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama periode 18 – 27 November 2025, totalnya menjadi 16 kabupaten/kota yang terkena banjir. Untuk diketahui, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdiri atas 23 kabupaten/kota. Artinya lebih separuh wilayah provinsi Aceh terendam banjir.
Statistik juga menyebutkan, sekitar 34 ribu rumah terendam banjir. Jumlah penghuninya tercatat 120 ribu jiwa (sekitar 7.000 KK). Dari jumlah itu, sekitar 21 ribu jiwa terpaksa harus mengungsi.
Banjir di Tanah Air umumnya diakibatkan empat hal. Pertama, intensitas curah hujan yang tinggi. Kedua, dampak perusakan ekosistem, seperti pembakalan hutan. Ketiga, perilaku buruk membuang sampah di sungai. Keempat, praktik korupsi proyek infrastruktur yang menyebabkan banyak tanggul dan turap sungai tidak sesuai bestek dan mudah hancur.
Kodam Siaga Penuh
Adalah Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Joko Hadi Susilo yang langsung memberlakukan status siaga penuh, khususnya bagi Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRCPB). Lulusan Akmil 91 itu memerintahkan Batalyon Komposit PRCPB bergerak cepat dan terkoordinasi dalam menghadapi situasi darurat, utamanya di wilayah yang terdampak paling parah.
Demikian informasi yang didapat dari Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Dispenad) di Jakarta, kemarin (27/11/2025).
Untuk diketahui, Batalyon komposit adalah satuan militer yang terdiri atas berbagai kecabangan (seperti infanteri, artileri, zeni, dan artileri medan) yang digabungkan untuk membentuk satu kesatuan siap tempur. Satuan ini dibentuk untuk menjawab kebutuhan akan kesiapan gerak cepat TNI yang dapat dikerahkan dalam berbagai jenis tugas, baik operasi militer perang maupun operasi militer selain perang, seperti bencana alam.
Terkait langkah cepat tanggap bencana, pria kelahiran Bandung 4 Juli 1970 itu menjelaskan, hal itu mutlak. Sebab, penanggulangan bencana merupakan tugas pokok TNI dalam membantu pemerintah daerah menangani situasi darurat akibat bencana alam.
“Di samping, kita sebagai prajurit wajib menjunjung tinggi 8 Wajib TNI. Doktrin ini secara eksplisit menyatakan bahwa prajurit TNI harus menjadi contoh dan memelopori usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat, tidak menyakiti atau menakuti hati rakyat, dan senantiasa bersikap ramah dan sopan kepada masyarakat,” tegas Jenderal Joko.
Dua penugasan sebelum menjadi Pangdam Iskandar Muda, yaitu Asisten Teritorial Kas Kostrad, dan Asisten Teritorial Kasad, menjadikan Mayjen Joko terbiasa mengatasi persoalan teritorial, dan menggalang kerjasama dengan para pihak.
Sama seperti sekarang. Pihaknya tidak mungkin melakukan penanganan bencana banjir Aceh sendirian. Karenanya, ia melakukan sinergo dengan Polri, Pemerintah Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Basarnas, dan seluruh komponen masyarakat. “Dengan sinergi, akan meminimalisir dampak dan mempercepat pemulihan,” tegas Joko, yang teman satu angkatan Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto, itu.
Khusus kepada Batalyon Komposit PRCPB, Pangdam Joko meminta agar mampu bergerak cepat sekaligus menunjukkan sikap humanis dalam membantu warga yang terdampak.
Ia memastikan bahwa seluruh prajurit Kodam Iskandar Muda akan terus memberikan dukungan penuh kepada pemerintah daerah hingga situasi kembali normal. Prajurit TNI AD di wilayah Kodam IM ditugaskan berada di garis terdepan untuk membantu warga, mulai dari evakuasi, distribusi logistik, hingga dukungan pengamanan di area bencana. (*)
