PPAD-PROSPERITY – Sore itu, Habib Luthfi bin Yahya berkenan ngabuburit di sekitar Pekalongan. Kota kelahiran sekaligus tempat ia bermukim. Ulama besar Indonesia ini, terbilang senang turun ke bawah. Termasuk berbuka bersama secara sederhana di pinggir jalan, bersama masyarakat.
Usai membatalkan puasa, Habib Luthfi shalat maghrib di kediaman Jl. Dr. Wahidin, Kel. Noyontaan, Kec. Pekalongan Timur, lanjut menerima beberapa tamu yang sudah terjadwalkan. Termasuk agenda menerima pengurus DPP Gempita (Gerakan Pencinta Tanah Air), pimpinan Ketua Umum Alfonso Ferry Pahotan, SH, MH.
“Habib menerima kami lebih satu-setengah jam. Pointnya ada tiga hal. Pertama, kami menyampaikan laporan pelaksanaan mandat pemenangan Prabowo – Gibran satu putaran. Kedua, memohon arahan terkait program Gempita pasca Pemilu. Ketiga, ngaji-kebangsaan,” kata Alfonso, hari ini (1/4/) di Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Alfonso diterima di ruang pribadi Habib Luthfi. Turut mendampingi, Ketua Dewan Pembina Suratman, SP, Waketum Roso Daras, dan Sekjen Fadly Abdurachmansyah, ST. “Selain buku laporan pelaksanaan mandat, kami juga menyerahkan plakat Gempita,” tambahnya.
Seperti diketahui, Habib Luthfi bin Yahya adalah Ketua Dewan Pengarah DPP Gempita. Saat pelantikan Gempita akhir 2023, habib yang terkenal sebagai ulama nasionalis itu berpesan untuk kerja keras menang satu putaran. “Alhamdulillah, KPU telah menetapkan pasangan Prabowo – Gibran sebagai pemenang. Untuk sementara, kita berkhidmad pada upaya hukum pihak yang kalah di Mahkamah Konstitusi,” pesannya.
Melaksanakan Mandat
Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Pembina Gempita, Suratman, SP menyinggung ihwal kata “mandat”. “Sejak awal, kami bekerja dan merancang program atas dasar mandat tertulis dari Bapak Hashim Djojohadikusumo. Di samping mandat amanat Habib Luthfi. Dengan dasar itulah kami kerja, berhari-hari keliling daerah tidak pulang ke rumah,” katanya.
Suratman adalah tokoh Sumatera Utara yang puluhan tahun menjadi ketua Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Setelah itu, ia merancang dan memprakarsai lahirnya Pujanusa (Putra Jawa Nusantara). “Saat ini, melalui Gempita, kami melebarkan sayap untuk berkiprah di kancah nasional,” tegasnya.
Hal itu, sejalan dengan pesan Habib Luthfi. “Beliau tadi berpesan agar Gempita dikembangkan ke seluruh provinsi,” ujar Suratman seraya menambahkan, “bila perlu sampai ke kabupaten-kota.”
Ngaji-Kebangsaan
Habib Luthfi tidak hanya memberikan wejangan, tetapi juga melibatkan pengurus Gempita berdiskusi. “Suasannya lebih mirip ngaji-kebangsaan. Artinya, di luar hal-hal yang bersifat spiritual, kami diskusi masalah kebangsaan. Wawasan beliau sangat luas, dan pemahaman kebangsaannya sangat dalam,” puji Alfonso.
Salah satu hal menarik adalah interpretasi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bahwa di lagu itu ada makna ikrar kita sebagai warga negara terhadap bangsa dan negara. “Indonesia Tanah Airku, tanah tumpah darahku… itu adalah ikrar kita sebagai individu terhadap bangsa dan negara. ‘Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku’… Kata ‘di sanalah’ bukan ‘di sinilah’, mengandung makna khusus. Termasuk pesan yang ada pada syair ‘bangunlah jiwanya, bangunlah badannya’,” papar Habib Luthfi.
Tak terasa, waktu terus bergulir hingga terdengar kumandang adzan isya. Sebelum mengakhiri audiensi, Habib menyampaikan bahwa ia sedang menulis naskah buku. “Judulnya ‘Cahaya Merah Putih’,” kata Habib Luthfi.
Seketika, Alfonso yang juga pemilik sejumlah media massa (online dan majalah) itu menyambut, “Jika diperkenankan izinkan Gempita yang menerbitkan buku Habib.”
Habib tersenyum dan berkata, “Silakan. Semoga bisa menjadi wawasan kebangsaan tidak saja bagi anak-anak pelajar dan mahasiswa, tetapi juga masyarakat yang lebih luas.” (*)