Perawakannya tinggi, kulit gelap, rambut putih. Nada bicaranya lantang. Garis bibirnya tak sulit menyungging senyum. Dialah Vidal de Jesus “Riak Leman”. Salah satu tokoh pejuang Timor Leste era 1975 – 2001, dan tergabung dalam Falintil.
Untuk diketahui, Falintil adalah singkatan dari Forças Armadas da Libertação Nacional de Timor-Leste (Angkatan Bersenjata Pembebasan Nasional Timor-Leste). Mereka bergerilya untuk kemerdekaan Timor-Leste, sejak tahun 1975 hingga 1999.
Di kemudian hari, Falintil bertransformasi menjadi Angkatan Pertahanan Timor-Leste (F-FDTL) yang didirikan pada tahun 2001 untuk menjaga kedaulatan negara.
Pasca purna tugas, Vidal de Jesus berkiprah di jalur politik melalui Partai Sosial Demokrat (PSD), dan menduduki berbagai jabatan penting. Di antaranya anggota parlemen, anggota Dewan Negara, dan jabatan saat ini Presiden Dewan Veteran Pembebasan Nasional (Conselho dos Combatentes Libertacao Nacional, CCLN).
Sebagai presiden veteran, kurang lebih posisinya sama seperti ketua organisasi purnawirawan TNI di negara kita. Nah, dalam rangka mempertebal rekonsiliasi damai dengan Indonesia, ia pun menyambung komunikasi dan silaturahmi dengan Persatuan Purnawirawan TNI-Angkatan Darat (PPAD).
Pada Agustus 2023, Vidal de Jesus bersama staf menyambangi kantor pusat PPAD di Jl Matraman, Jakarta Timur. Saat itu, ia diterima Ketua Umum PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo (alm), dan sejumlah pengurus lain. Pembicaraan kedua pimpinan organisasi veteran ini pun terjalin dengan hangat dan bersahabat.


Pada pamungkas pertemuan, Vidal da Jesus mengundang pengurus PPAD berkunjung ke Timor Leste. Ketika itu, Doni Monardo meng-iya-kan.
Tuhan berkehendak, Doni Monardo wafat 3 Desember 2023, dan digantikan Mayjen TNI Purn Dr Komaruddin Simanjuntak sebagai Pelaksana Tugas (Plt). Demi mewujudkan janji Doni, serta aspirasi para senior purnawirawan TNI-AD, kunjungan balasan pun terlaksana 7 – 8 Oktober 2025 yang baru lalu.
Atas fasilitasi Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, sebanyak 82 purnawirawan bertolak untuk ziarah dan muhibah PPAD ke Timor Leste. Para purnawirawan yang berangkat, berasal dari berbagai angkatan, mulai dari lulusan Akabri dan Akmil tahun 1960-an hingga 1980-an, serta para mantan bintara dan tamtama.
Nah, di sela-sela dua ziarah: Ziarah ke TMP Seroja di Dili dan ziarah ke Jardim dos Herois (Makam Pahlawan) Timor Leste di Metinaro, Plt Ketua Umum PPAD didampingi beberapa pengurus melakukan kunjungan balasan ke kantor Dewan Veteran Pembebasan Nasional (CCLN) di Avenue Presidente Nocolau Lobato, Distrik Kota Dili, Timor Leste.
Saat rombongan tiba di halaman kantor, Komaruddin dan para pengurus PPAD disambut para veteran yang berdiri berjajar di kiri-kanan teras kantor. Begitu Komar turun dari Hi-Ace putih, Vidal de Jesus seketika menghambur, menyambut, dan memeluk Komaruddin dengan eratnya, laksana dua sahabat yang sewindu tak bertemu.
Kehangatan itu berlanjut di ruang pertemuan kantor CCLN. Di belakang dua kursi utama, tampak terpasang bendera Timor Leste dan bendera merah putih.

Membuka prakata, Vidal de Jesus mengatakan, menyambut baik kedatangan PPAD ke Timor Leste. Kunjungan ini adalah sinyal bahwa hubungan kedua negara ke depan akan lebih baik dan lebih kuat.
“Kalau kita mengenang ke belakang, antara tahun 1975 sampai 1999, saat ketemu (di hutan) pasti langsung dar der dor…. Ketika itu, saya bisa melarikan diri, tapi bapak-bapak tidak bisa melarikan diri karena jumlah pasukan yang besar….,” ujar Vidal disusul derai tawanya yang kencang.
Semua pun tergelak mendengar penuturan Vidal, apalagi dikisahkan dengan ekspresi dan mimik yang lucu. Meski, ada jeda dalam tawa. Sebab tawa itu baru pecah setelah penerjemah selesai menerjemahkan kata-kata Vidal yang diucapkan dalam bahasa Tetun.
Ia melanjutkan, saat ini kita bertemu dalam suasana berbeda, penuh canda-tawa, akrab, dan hangat. Tawa kembali pecah ketika Vidal berkata, “Waktu saya berkunjung ke Jakarta, saya berpikir jangan-jangan saya mau di-apa-apakan. Sebab kalau ada apa-apa, saya tidak bisa lari kemana-mana….,” ucap Vidal disusul ledakan tawanya yang renyah.
Lebih lanjut Vidal bersyukur, suasana pertemuan hari ini sudah jauh berbeda. Timor Leste sudah menjadi negara yang berdaulat. “Dan kami tetap menganggap Indonesia sebagai saudara tua,” tuturnya, takzim.
Satu hal lagi, sebagai perwakilan veteran Timor Leste, Vidal mengucapkan terima kasih kepada Indonesia. Karena berkat dukungan Indonesia, maka Timor Leste berhasil menjadi anggota penuh ASEAN.
Satu hal lagi, ia juga berterima kasih, karena putra-putri Timor Leste yang sedang menimba ilmu di Indonesia, diperlakukan dengan baik sebagaimana putra-putri mereka sendiri. “Fakta lain, bahwa secara geografis kita satu, sehingga sudah pasti dan sudah seharusnya kita berhubungan dengan baik,” pungkas Vidal de Jesus.

Tanggapan Komar
Dalam tanggapannya, Komaruddin Simanjuntak berterima kasih atas sambutan yang luar biasa. “Tapi sebagai mantan militer, memang kita biasa kalau berada di tempat baru selalu waspada, wah… nanti kita diapa-apakan… Kalau diapa-apakan, kita lari ke mana….,” kata Komar disusul tawa lebarnya.
Komar juga menambahkan, kedatangannya ke Dili adalah memenuhi salah satu janji Doni Monardo. Doni adalah prajurit yang penuh cinta-kasih. Ia telah bertugas di banyak wilayah operasi di Timor Leste. Tetapi ia nyaris tidak pernah bawa senjata, dan yang mengawal adalah putra-putri Timor Leste itu sendiri. Hingga akhir hayatnya, tetap menjalin komunikasi dan persahabatan dengan sangat baik dengan semua elemen yang ada di Timor Leste, baik dari unsur militer maupun sipil.
Bahkan ketika di hutan sekalipun, tidak ada yang melukainya. Sepertinya ada instruksi dari petinggi pejuang Timor Leste, bahwa kalau lihat Doni Monardo lewat (di hutan), tidak boleh ditembak, karena dia orang baik.
Komar kemudian memperkenalkan pengurus PPAD yang turut mendampingi. Di antaranya, Letjen TNI Purn Kiki Syahnakri, yang disebut sebagai “bukan orang asing” bagi masyarakat Timor Leste. Kemudian, Letjen TNI AM Putranto (mantan Kepala Staf Kepresidenan), Mayjen TNI Purn Eko Budi Supriyanto (Ketua Bidang Organisasi PPAD), Mayjen TNI Purn Amrin (Bendahara Umum PPAD), Mayjen TNI Benny, dan Mayor Purn Partono.
Mantan Pangdam IX/Udayana itu menambahkan, “Tadi presiden mengatakan, sejak tahun 1975 sampai 1999 kalau ketemu kita dar…der….dor… itu tidak usah diingat lagi. Itu masa lalu. Sekarang kita tatap masa depan yang baik bagi kedua bangsa dan negara. Kita beri contoh kepada generasi penerus, dan juga kepada dunia, bahwa dua negara yang dulu berkonflik, sekarang bisa hidup rukun dan damai.”
Sebagai generasi yang pandai memetik hikmah, maka hikmah pertemuan hari ini adalah mensyukuri cara Tuhan dalam mempertemukan dua pihak secara damai dan penuh suka cita.
“Bayangkan, lebih dua-puluh tahun kita saling buru, kami di sini, bapak di sana. Kami ke gunung yang satu, bapak lari ke gunung lain… Tidak pernah ketemu. Dan karena Tuhan sayang sama kita, maka sekarang kita justru dipertemukan di kota, di ruang yang nyaman, dalam suasana damai penuh kekeluargaan, dan saling melepas rindu,” berkata begitu sambil Komar mengulurkan salam komando kepada Vidal disusul tawa lebar keduanya, dan tepuk tangan hadirin yang ada di ruang itu.
Doktor Komar juga mengatakan, sebagai dua negara yang berdekatan, bahkan satu pulau dengan Indonesia, yaitu pulau Timor, maka kedua bangsa harus bersahabat dan bersaudara. “Sakitnya Timor Leste adalah sakitnya Indonesia. Begitu pula sebaiknya,” tutur Komar. (*)