PPAD Prosperity— Buah naga, siapa yang tak kenal. Dagingnya yang tebal berwarna merah ataupun putih dengan biji-biji kecil hitam menghiasi dagingnya, rasanya manis dan kaya akan air. Harga buah ini di pasaran bervariasi, antara Rp7000 hingga Rp30.000 per-butir tergantung beratnya dan di mana dibelinya.
Konsumsi buah naga di Tanah Air terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2000 buah naga mulai dikenal masyarakat Indonesia, namun itu pun untuk kalangan terbatas. Buah asal Meksiko, Amerika Utara juga Amerika Tengah dan Selatan ini, hanya dijual di supermarket besar dan dikonsumsi oleh kalangan menengah atas.
Namun semakin lama keberadaan buah naga pun makin berkembang, dan kini buah yang memiliki banyak nama di berbagai negara salah satunya menyebut pitaya dan dragon fruit, sudah dapat dijumpai di pasar tradisional maupun pedagang buah pinggir jalan.
Buah naga memang sudah memasyarakat. Penggemarnya pun meningkat setiap tahunnya. Tak heran jumlah petani buah naga di Indonesia pun semakin meningkat. Di antaranya adalah di Banyuwangi, Jawa Timur, yang merupakan daerah penghasil buah naga terbesar di Indonesia.
Mayor (Pur) Wayan Supadno bercerita lewat kanal youtubenya ‘Pak Tani Bangkit’, prospek bisnis buah naga terbuka lebar. Pasalnya, permintaan akan buah ini terus meningkat setiap tahun. Dengan harga yang lumayan di masyarakat, bisnis buah naga ini menjanjikan keuntungan yang lumayan.
Sebenarnya, kata Wayan Supadno yang terakhir berdinas di Puskes Mabes TNI, Kementerian Pertanian telah memprogramkan swasembada buah naga sejak tahun 2014, namun tetap saja import buah naga masih dilakukan. Salah satu penyebabnya adalah tingginya permintaan di dalam negeri. Sementara petani buah naga di Indonesia belum banyak.
Karenanya Supadno yang dikenal sebagai ‘Raja Buah’ mengajak masyarakat untuk beramai-ramai membuka kebun buah naga. Sebagai ilustrasi dia menjelaskan, ke depannya permintaan akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin sadar khasiat buah naga bagi kesehatan.
“Bayangnya jika bertambah per-kapita 20 kg pertahun saja mengkonsumsi buah naga, jika dikalikan jumlah penduduk Indonesia yang 10 tahun ke depan diperkirakan mencapai 300 juta orang, berapa ratus ribu hektar lagi kita harus membangun kebuh buah naga k e depannya. Ini lah riil perspektif pangsa buah naga ke depannya,” ungkap Supadno di kanal youtubenya ‘Pak Tani Bangkit’.
Bagaimana soal investasi?
Nah, hal ini pun dijelaskan Supadno. Total investasi buah naga mulai membeli tanah untuk berkebun hingga penanaman, tergantung wilayahnya. Untuk berkebun di Pulau Jawa, investasinya cukup tinggi. Tapi di luar Jawa, semisal Kalimantan, bisa lebih rendah.
“Kalau membeli tanah di Jawa, menanam sampai kondisi sekarang (sambil menunjukkan kondisi kebunnya) ini per hektar kurang lebih Rp1 miliyar. Tapi kalau di luar Jawa seperti misalnya di Kalimantan, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, cukup dengan Rp150 juta 1 hektar. Sudah jadi seperti ini,” ujarnya.
Jika buah naga sudah seperti ini, lanjutnya, sambil menunjukkan kebun buah naga umur 2,5 tahun maka per hektar menghasilkan 25 ton per tahun. Jika harga Rp7000 per kg di kebun petani maka menghasilkan petani mencapai Rp175 juta rupiah. Tapi jika harganya Rp10 ribu per kg maka per hektar akan menghasilkan Rp250 juta per tahun.***din