PPAD Prosperity— Di kalangan pembudidaya ikan, maggot tentu bukan hal yang asing. Maggot atau dikenal dengan sebutan belatung merupakan larva dari lalat jenis Black Soldier Fly, yang mulai dikembangkan sebagai pakan alternative bagi ikan karena kandungan proteinnya yang tinggi.
Dalam artikel yang ditulis Hapsari Kenconojati S.Si., M.Si di laman unair.ac.id, maggot memiliki kandungan protein mencapai 40-45% berat keringnya, kandungan nutrisi lain dalam maggot di antaranya adalah lemak 30-35%, abu 11-15%, kalsium 4,8-5,1%, dan mineral.
Selain kandungan nutrisi yang cukup tinggi, maggot dapat diproduksi dengan cara yang mudah dan sederhana yakni dengan memanfaatkan sampah organik sehingga ketersediaannya berkelanjutan.
Penggunaan maggot sebagai pakan dalam budidaya ikan telah dikembangkan sebagai solusi dari mahalnya sumber protein dalam pakan ikan, salah satunya adalah penggunaan maggot sebagai pakan ikan gabus (Channa striata).
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang termasuk famili golongan Channidae. Ikan gabus memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena kandungan gizinya yang menguntungkan bagi kesehatan manusia, selain itu ikan gabus umumnya digunakan dalam pengobatan sebagai agen terapeutik untuk mempercepat penyembuhan luka, pemulihan dari operasi, dan meningkatkan energi bagi orang sakit.
Ikan gabus memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif lambat dibandingkan dengan ikan konsumsi lainnya seperti lele dan nila, karena membutuhkan waktu lebih dari 13 bulan untuk mencapai ukuran pasar.
Lambatnya pertumbuhan ikan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk protein yang tidak memadai dalam pakan. Berdasarkan nilai gizi yang terdapat di dalam maggot, maggot dapat dijadikan pakan yang cocok untuk meningkatkan pertumbuhan ikan gabus.
Penggunaan maggot sebagai pakan hidup dan dikombinasikan dengan pakan pelet mampu menjadi solusi atas tingginya biaya produksi pakan pada budidaya ikan gabus.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wallady et al (2021), tulis Hapsari Kenconojati, pemberian pakan kombinasi pellet dan maggot menghasilkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pemberian pakan secara tunggal baik pellet maupun maggot.
Kombinasi maggot dan pellet dengan komposisi 75% pelet dan 25% maggot menghasilkan pertumbuhan serta rasio konversi pakan ikan gabus yang baik. Kombinasi pelet dan maggot dianggap sebagai kombinasi yang sempurna untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih baik.
Hal ini dikarenakan kombinasi nutrisi yang diberikan lebih lengkap dalam mendukung pertumbuhan ikan gabus dibandingkan dengan pakan tunggal. Namun, peningkatan jumlah maggot dalam pakan kombinasi mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan ikan secara signifikan.
Menurut Rana dkk (2015) penurunan laju pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan kitin yang teerkandung di dalam maggot.
Nilai FCR dalam penelitian yang dilakukan oleh Wallady et al (2021) ini berkisar antara 3,12 hingga 4,08. Nilai FCR yang lebih rendah menunjukkan pemanfaatan pakan yang lebih tinggi. Nilai FCR tertinggi diperoleh dari ikan yang diberi pakan 100% maggot.
Rasio konversi dapat disebabkan oleh pakan yang diberikan tidak dapat dicerna secara efisien oleh ikan gabus, kandungan kitin yang terdapat pada maggot sulit dicerna sedangkan ikan tidak memiliki enzim kitinase dalam sistem pencernaannya.
Kandungan kitin dalam maggot menjadi perhatian lebih dalam aplikasinya untuk pakan ikan. Hal tersebut dikarenakan kitin dapat menjadi faktor anti nutrisi pada ikan. Oleh karena itu, tingkat pemberian makan yang tepat harus dikelola pada ikan untuk memberikan pertumbuhan maksimum dan meminimalisir kehilangan nutrisi pakan.***unair