PPAD Prosperity— Kopral Kepala Haryanto tak pernah mengira kalau suatu saat dirinya akan menjadi pengusaha sukses. Jalan hidup orang memang tidak ada yang tahu.
Berawal dari tugasnya di bidang transportasi di Batalyon Pertahanan Udara Ringan 1 di bawah Komando Divisi Infanteri 1/ Kostrad, Tangerang Selatan, ia jadi memahami seluk-beluk angkutan umum. Dan akhirnya malah jadi pengusaha sukses dengan seratus bus luar kota.
Haryanto bertutur, cita-citanya sejak kecil adalah menjadi prajurit TNI, mengabdi kepada negara. Dan itu dia perjuangkan sungguh. Hingga akhirnya diterima sebagai anggota TNI dan bertugas di Kostrad Tangerang. Itu sekitar tahun 70-an. Dia ditempatkan di Batalyon Pertahanan Udara Ringan 1 di bawah Komando Divisi Infanteri 1/ Kostrad..
“Saya mendapat penugasan di bidang transportasi. Saya mengikuti pendidikan kejuruan mengemudi khususnya mengangkut senjata berat,” ungkap Haryanto yang mengaku sangat menyukai bidangnya.
Guna memudahkan dirinya menjalankan tugas, dia pun kontrak kamar bulanan di daerah sana. Ketika itu, tutur Haryanto, daerah Tangerang belum seramai sekarang. Pemukiman masih tidak banyak. Harga tanah di sana pun masih sangat murah.
Naik angkot adalah transportasi utamanya untuk pergi-pulang kantor. “Dari sana saya jadi banyak belajar. Terpikir bahwa peluang usaha di bidang transportasi di sana masih sangat terbuka luas,” tutur penyuka olahraga bulutangkis ini.
Gajinya waktu itu hanyalah Rp18.000 sebulan. Untuk menambah penghasilan, ia pun bekerja sambilan sebagai sopir angkot. Itu dilakukannya seusai berdinas. Baginya tidak ada kata lelah. Pulang kerja di Batalyon, hanya istirahat sebentar, kemudian tancap gas, nyopir angkot.
Ternyata hasilnya lumayan. Uang yang didapat dari nyopir angkot, sebagian ditabung. “Ketika tabungan sudah mencapai Rp750.000, saya nekat mengajukan kredit membeli mobil angkot. Saya tambah giat bekerja. Pulang dinas, langsung nyopir angkot sendiri,” ujarnya.
Setelah menikah, lanjut Haryanto, dia menjadi semakin keras bekerja. Dia sungguh bersyukur, usaha yang dirintisnya dengan penuh ketekunan dan kerja keras itu membuah hasil yang bagus. Angkotnya ‘beranak-pinak’ sangat banyak. Seingatnya, angkotnya mencapai 100-an unit lebih.
“Saya suka mengamati, belajar tentang banyak hal. Dari sana saya banyak mendapat ide-ide pengembangan usaha,” tambah Haryanto.
Pribadinya yang ramah dan suka menolong teman tanpa disadari membawa berkah tersendiri baginya. Ia bertemu seseorang yang mengajak bekerja sama. Akhirnya lahir lah showroom mobil angkot. Sukses.
“Semua saya jalani dengan baik. Saya tetap dinas, setelahnya saya mengurusi usaha. Angkot saya bertambah banyak. Usaha-usaha lain juga berjalan,” ucap bapak tiga anak ini.
Setelah pension tahun 2002, Haryanto langsung tancap gas, fokus pada pengembangan usaha. Tidak lagi dinas di tentara membuatnya memiliki banyak waktu untuk mengurusi binisnya.
“Saya nekat mengajukan pinjaman ke bank untuk pembelian 5 unit bus dengan jaminan tanah saya di Tangerang. Berhasil. Mulai lah saya menjadi pengusaha bus. Saya namakan PO Haryanto,” lanjutnya.
Sayangnya, karena kesalahan memilih trayek, bisnis bus tersebut gagal. Trayek bus Cikarang-Tangerang, ternyata kurang laku. Dengan cepat Haryanto pun mengubah trayek menjadi Jakarta-Kudus-Pati-Sukolilo-Purwodadi.
Benar saja, begitu trayek berubah, bus pun laris manis. Penumpang selalu penuh. Padahal, kata Haryanto, busnya tidak bagus. “Bus saya jelek, tapi penumpang penuh terus,” ucapnya tertawa.
Sejak itu usaha bisnisnya berkembang cepat. Seperti angkotnya, bus pun ‘beranak-pinak’ dengan cepat. “Usaha saya mendapat dukungan dari BRI. Saya ajukan pinjaman untuk kredit bus executive Mercedes Benz empat unit,” tambahnya.
Tapi tak lama kemudian terjadi krisis, harga BBM melambung. Dan itu sangat berdampak pada usahanya. Haryanto kelimpungan harus membayar cicilan hutang. “Untung lah ada bantuan, pembayaran hutang bisa direstrukturisasi dan akhirnya lunas. Di masa itu saya juga mendapat bantuan dari Bank Nagari Sumbar,” katanya.
Syarat Berbisnis, Kuat Mental
Bagi Haryanto, tidak ada kata kapok dalam berbisnis. Jatuh-bangun adalah hal biasa. Karenanya, ucap Haryanto, siapa pun yang ingin terjun ke dunia bisnis harus lebih dahulu mempersiapkan mental. Mental harus sekuat baja. Karena dalam berbisnis ada saja masalah. Salah sedikit perhitungan bisa berdampak fatal. Atau kadang masalah bukan muncul dari diri sendiri tapi faktor luar.
Istilahnya, harus tahan banting. Gagal, bangkrut, jangan patah semangat. Pelajari kesalahan untuk perbaikan ke depan. Itu juga yang dilakukan Haryanto. Ketekunan, semangat dan kerja keras sangat penting. Juga, jangan lupa, inovasi.
Bergerak di sektor transportasi, katanya, hal yang harus diperhatikan adalah pelayanan kepada konsumen. Mereka adalah raja. Servis sebaik-baiknya harus diutamakan. Usahakan meminimalisasi keluhan pelanggan. Itu yang dilakukannya selama menekuni bisnis angkutan umum.
Walhasil, meski bus yang dimilikinya—pada awalnya—masih jelek namun penumpang senang melakukan perjalanan dengan busnya. Itu karena pihaknya menservis pelanggan dengan baik.
“Membuat penumpang nyaman, itu menjadi kewajiban kita. Dengan begitu mereka akan kembali dan kembali lagi karena senang dan nyaman melakukan perjalanan dengan kita. Jadi meski bus saya waktu itu masih jelek, namun sudah sangat terkenal di masyarakat. Pelanggannya banyak,” ujar Haryanto yang kini usahanya dibantu oleh putranya, Rian Mahendra sebagai Direktur Operasional.***dari berbagai sumber/dnr