PPAD
TipsWirausaha

Ini Cara Kelola Limbah Peternakan Itik agar Ramah Lingkungan

PPAD Prosperity—Limbah peternakan selalu menjadi masalah bagi peternak maupun lingkungan sekitar. Termasuk peternakan itik, apalagi jika berada dekat pemukiman masyarakat. Bau yang menyengat, merupakan persoalan tersendiri, belum lagi pengelolaan kotoran itik.

Peneliti Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) Poniman, SP. M.Ling mengatakan bahwa masalah bau pada peternakan itik dapat mengganggu estetika bahkan menurunkan produktivitas ternak. Bau tersebut disebabkan oleh senyawa kimia amonia dan hidrogen sulfida.

“Gas penyebab bau pada kotoran itik disebabkan oleh amonia dan H2S dengan H2S yang melebihi ketentuan baku mutu 0,02 mg/kg,” kata Poniman dalam Seminar Berkala Pelayanan Informasi Inovasi Teknologi Peternakan dan Veteriner yang digelar secara virtual seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id

Menurut Poniman, kotoran padat sebagai salah satu sumber bau dari peternakan itik dapat dikelola menjadi pupuk organik. Salah satunya dengan menggunakan bantuan maggot atau larva lalat BSF.

“Maggot bisa dari yang diternakkan sendiri atau beli di sekitar kita. Yang dicari adalah maggot pada fase instar atau 7-10 hari setelah menetas,” ucapnya.

Pada teknologi pengelolaan limbah kotoran itik dengan maggot, takarannya adalah 10 kg maggot diaplikasikan untuk setiap 1 ton kotoran itik. Maggot disebarkan secara merata pada kotoran itik yang dikumpulkan dan ditempatkan secara aman dari jangkauan itik. Kotoran yang telah diberi maggot dilakukan pembalikan agar proses makan maggot sempurna.

“Setelah 7-10 hari, kotoran yang semula diberi maggot kita panen menggunakan ayakan agar yang didapat adalah kotoran yang sudah dimakan dan bertekstur halus. Ini menjadi pupuk organik yang siap untuk digunakan,” jelas Poniman.

Tidak hanya itu, maggot dari proses pengelolaan kotoran itik juga dapat dimanfaatkan. Setelah 7-10 hari, maggot telah siap berproses menjadi kepompong. Maggot ini dapat diteruskan siklus hidupnya atau diternakkan menjadi maggot yang akan digunakan kemudian.

Poniman menambahkan bahwa maggot dapat dijadikan pakan ternak itik dengan diberikan secara langsung menjadi campuran pakan. Selain itu, maggot juga dapat dikeringkan menjadi tepung maggot untuk pakan ternak.

Dari analisis Balingtan, perlakuan maggot pada kotoran itik menghasilkan amonia sebesar 0,9 mg/kg yang masih dalam ketentuan baku mutu. Sehingga, penggunaan maggot dapat menjadi pilihan dalam pengelolaan kotoran itik ramah lingkungan.***litbangtan/din

Related posts

KemenKopUKM: Target 2024 Tambah 1 Juta Wirausaha Baru

admin

Suara Para Petani Humbahas yang Sukses Kembangkan Food Estate Hortikultura

admin

Di Tengah Tekanan Ekonomi, bank bjb Optimistis Kinerja Kredit Tetap Tumbuh

admin

Peran Penyuluh Pertanian di 10 Provinsi Gernas Penanganan El Nino Semakin Diperkuat

admin

Bisnis Menjanjikan, Cabai Super Pedas ‘Katokkon’ Asal Toraja Harga Rp50 Ribu per-Kg

admin

Prof Etty Riani Ciptakan Inovasi Teknik Budidaya Teripang Pasir

admin

Leave a Comment