PPAD Prosperity— Indonesia masih sangat kekurangan entrepreneur (pengusaha). Saat ini jumlah pengusaha Indonesia hanya sekitar 3-4 persen dari jumlah penduduk.
Idealnya 15-20 persen penduduk Indonesia menjadi pengusaha untuk mendorong penguatan struktur ekonomi.
Masih sedikitnya wirausaha di Indonesia ini terungkap dalam acara Komsos TNI yang dibuka oleh Aster Panglima TNI Mayjen Sapriadi di Hotel Sultan, Rabu (22/6/2022).
Hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh di antaranya Ketua Umum PPAD Letjen (Purn) Doni Monardo, Ketua Umum KB FKPPI Pontjo Sutowo serta perwakilan Hipakad.
Ketum PPAD Doni Monardo sebagai salah satu pembicara dalam acara tersebut mengangkat tema “Peran Keluarga Besar TNI (KBT) Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional di Masa Pandemi Covid”.
Banyak hal dipaparkan Doni di antaranya tentang kekayaan alam Indonesia dan politik kesejahteraan.
Doni juga menyinggung tentang kurangnya minat masyarakat untuk menjadi pengusaha. Padahal dengan semakin banyak pengusaha maka akan mendorong perekonomian sehingga negara menjadi makmur.
Berdasarkan catatan, saat ini jumlah entrepreneur hanya sekitar 3-4 persen dari total populasi penduduk. Jumlah tersebut masih sangat sedikit dan jauh dari ideal.
Sementara, Ketum KB FKPPI yang juga seorang pengusaha, menyebut idealnya jumlah pengusaha di Indonesia sekitar 15 persen dari populasi penduduk.
Namun Doni Monardo ingin lebih dari itu.
Doni mendorong agar jumlah pengusaha mencapai 20 persen dari populasi. Karena Doni mengimbau agar anak-anak Keluarga Besar TNI agar tidak hanya berkeinginan masuk TNI tapi juga memiliki minat di bidang lainnya. Misalnya, menjadi ahli-ahli di bidang Pertambangan, Metalurgi, Nikel, dll, sehingga ke depannya mereka bisa menjadi pengusaha.
Pentingnya pengusaha menurut Doni agar sumber daya alam yang kita miliki menjadi bernilai lebih. Ia mencontohkan, SDA Nikel. Jika dijual sebagai nikel harganya tidak setinggi ketika sudah direkayasa menjadi baterai.
Doni memberi contoh yang lain. Yaitu Masoya. Jika dibuat menjadi atsiri bisa menjadi bahan parfum Hermes yang terkenal mahal harganya.
Salah satu teman Doni, Chai telah membuktikannya. Ia menjadi eksportir minyak atsiri yang sukses.
Sebagai ilustrasi, 1 drum berisi 200 kg minyak masoya. Harga per-Kg Rp9 juta. Nilai 1 drum Rp1,8 miliar.
Lebih lanjut Doni mengingatkan agar para pengusaha juga melakukan kolaborasi pentahelix yaitu melalui penggalangan kerja sama antara pengusaha, pemerintah, masyarakat, akademisi dan media.
“Kita membutuhkan entrepreneur-entrepreneur untuk kemakmuran bangsa,” ucap Doni. (egy)