Oleh: MJP Hutagaol ’86 – Purnawirawan TNI AD
“Ketika negara besar saling mengancam, dunia mencari negara yang mampu menyatukan.”
🌍 Realitas Global: Dunia dalam Krisis Polarisasi
Konflik Iran–Israel memasuki fase paling kritis sejak 30 tahun terakhir.
Perang Ukraina masih berlangsung, sementara Tiongkok–Taiwan makin genting.
Laut Cina Selatan jadi potensi titik api.
Koalisi militer dunia saling berhadapan.
Dunia tidak hanya menghadapi krisis militer, tetapi krisis kepercayaan.
🇮🇩 Apakah Indonesia Layak Bicara?
Layak — jika kita jujur melihat kenyataan berikut:
✅ Pemilu 2024 berlangsung aman dan transisi berjalan damai.
Tak ada kudeta, konflik bersenjata, atau chaos nasional.
✅ Presiden terpilih Prabowo Subianto mulai diakui dunia.
Presiden AS Joe Biden memberi ucapan resmi.
Xi Jinping dan Mohammed bin Salman mengundang kerja sama pertahanan dan pangan.
Diplomasi aktif Prabowo di IISS Shangri-La Dialogue, Mei 2024, memperkuat sinyal kepemimpinan regional.
✅ Indonesia tetap netral dan tidak tergabung dalam blok militer.
Dekat dengan semua poros: AS, Tiongkok, Rusia, dan Dunia Islam.
🧭 Kilas Balik: Konferensi Asia-Afrika 1955 dan Dampaknya
Indonesia pernah menunjukkan kemampuan menjadi penghubung dunia.
Hasil nyata dari KAA 1955:
Menyatukan negara-negara Asia-Afrika yang baru merdeka.
Mendorong lahirnya Gerakan Nonblok (NAM).
Menjadi inspirasi kemerdekaan dan netralitas global.
Indonesia diakui sebagai pusat diplomasi moral dunia Selatan.
📌 Pesannya jelas: Kita bisa berbicara bukan karena kekuatan militer,
tetapi karena mampu menghadirkan meja damai di tengah perpecahan global.
🛠️ Usulan Strategis dan Aplikatif (Bisa Dijalankan Pemerintah)
- Inisiasi Konferensi Asia-Afrika ke-70 Tahun (Bandung 2025)
Mengundang negara-negara nonblok dan berkembang untuk menyuarakan ulang prinsip: “Bersama tanpa harus tunduk.”
- Usulkan Task Force Global untuk Zona Damai Timur Tengah
Inisiatif Indonesia di PBB untuk mendorong moratorium serangan dan jalur diplomatik multilateral.
- Perkuat Diplomasi Ekonomi dan Pangan dengan Negara Netral
Kerja sama Indonesia dengan Turki, Brasil, India, dan Afrika sebagai blok non-militer berbasis ketahanan rakyat.
- Bangun Pusat Diplomasi Budaya dan Pendidikan Global
Soft power melalui pertukaran budaya, dialog agama, dan pendidikan di ASEAN–Afrika–Timur Tengah.
🧩 Catatan Kritis
“Jangan berbicara perdamaian dunia jika urusan dalam negeri masih membara.”
Tepat. Karena itu:
🔍 Stabilitas domestik harus terus dijaga. Pemerintah baru tidak boleh hanya fokus infrastruktur, tapi juga rekonsiliasi dan konsolidasi sosial.
🔍 Media internasional mencermati transisi Prabowo. Maka langkah awal Presiden terpilih harus menyentuh isu internasional tanpa kehilangan pijakan dalam negeri.
🧭 Penutup: Bangsa Penentu, Bukan Sekadar Penonton
Indonesia bukan superpower militer.
Tapi kita punya kekuatan reputasi, kedekatan dengan semua blok, dan stabilitas politik pasca Pemilu.
Jika diplomasi cahaya ini dijalankan secara realistis,
Indonesia bisa kembali ke panggung dunia sebagai penengah.
“Ketika yang kuat saling membungkam, maka bangsa yang dapat bicara jujur akan menjadi terang.”

