PPAD Prosperity— Jika Prof Hermawan “Kikiek” Sulistyo punya hajat, jangan bayangkan sebuah run-down yang ketat dan kaku. Itu pula yang terjadi saat Prof Kikiek mengundang handai taulannya hadir pada tiga acara dalam satu tarikan waktu, Sabtu (18/10/2025), pukul 15.00 – 17.00 WIB.
Bertempat di Café Renzo, Jl. Lenteng Agung No 131 H, Jagakarsa, Jaksel, berlangsung tiga agenda. Pertama, Peresmian Center for Strategic Policing (CSP). Kedua, peluncuran buku-buku polisi, dan ketiga, peresmian Café Renzo Lenteng Agung.
Acara dibuka dengan atraksi para atlet karate binaan Prof Kikiek di Dojo Renzo, Depok. Karateka-karateka remaja, bahkan satu di antaranya bocah, menunjukkan kepiawaiannya dalam atraksi kata maupun kumite.

Lupa Pasang Otak
Usai atraksi karate, giliran Prof Kikiek didaulat MC menyampaikan sambutan. Seperti yang sudah-sudah, pria kelahiran Ngawi, Juli 1957 itu bicara ceplas-ceplos, diseling canda. Termasuk saat ia berkisah ihwal sakit hidrosefalus yang diderita.
“Ada cairan yang harus dikeluarkan dari otak saya. Tapi dokter sepertinya lupa, otak saya yang dikeluarkan, dan celakanya, dokter lupa mengembalikan….,” kelakar Kikiek disambut tawa hadirin.
“Saya sudah protes ke dokter. Dok, kok bisa kelupaan mengembalikan otak saya? Eh… dokter santai menjawab, ‘halah santai saja prof…. itu yang di Senayan gak ada yang pakai otak, juga baik-baik saja….’.” Sontak hadirin tertawa atas guyon satire Prof Kikiek.
Kelakar Prof Kikiek sebagai excuse kalau ia bicara tak runut, bahkan sewaktu-waktu bisa hilang keseimbangan, atau lupa, akibat kondisi kesehatannya yang masih rutin dalam pengawasan dokter.

“Meski begitu, komitmen saya terhadap karate yang merupakan agama kedua saya, tidak kendor. Komitmen saya terhadap pendidikan, tetap bulat. Bahkan, semua anak-anak di Renzo, saya utamakan sekolah dan kuliah. Saya mau kalau ditanya cita-cita jangan jawabnya mau jadi polisi atau TNI…. Saya mau mereka jadi doktor, jadi profesor…..”
Dan yang tak kalah penting, komitmennya dalam mereformasi Polri terus membara. Itu pula yang melatarbelakangi pendirian Center for Strategic Policing (CSP). Sebuah lembaga yang fokus pada riset strategis, kajian kebijakan, dan pengembangan pemikiran dalam bidang keamanan dan kepolisian.
CSP, tutur karateka Shotokan Dan IV (Inkai/ISKF) itu, didirikan dengan semangat memperkuat kapasitas kelembagaan dan profesionalisme Polri. CSP berperan sebagai strategic think tank yang menjembatani kepentingan akademik, kebijakan publik, dan praktik kepolisian modern.

Testimoni Sahabat
Dalam gelar acara yang sederhana itu, tampak hadir sederet nama prominent peoples yang kemudian didaulat memberikan testimoni. Ada Sony Warsito, penasihat ahli Kapolri. “Saya lama berinteraksi dengan Prof Kikiek. Beliau adalah panutan dalam hal pemikiran-pemikiran tentang postur polisi modern. Sebagai penasihat Kapolri, saya akan semaksimal mungkin mengamalkan ilmu dari Prof Kikiek untuk kebaikan Polri, bangsa dan negara.”
Hadir dan diminta memberi testimoni, Kapolri ke-22 (2015 – 2016), Jenderal Pol Purn Badrodin Haiti. “Panjang cerita tentang Prof Kikiek. Satu hal yang pasti, mas Kikiek adalah orang yang banyak memberikan sumbangsih positif untuk institusi Polri,” kata peraih Adhi Makayasa Akabri Kepolisian 1982, itu.

Tokoh lain yang hadir dan memberi testimoni sebagai sahabat Prof Kikiek adalah Letjen TNI Purn Suaidi Marasabessy. “Ketika itu, tidak banyak jenderal TNI Angkatan Darat yang dekat dengan mas Kikiek. Saya salah satunya,” ujar lulusan AKABRI 1971 itu.
Pertemanannya mengkristal menjelang, selama, dan pasca gerakan reformasi 1998. “Ketika itu banyak yang mendatangi jenderal TNI-AD dan mengajak ikut gerbong reformasi. Mas Kikiek adalah salah satu yang ngompori….,” tutur jenderal Kelahiran Pulau Haruku, Maluku Tengah, itu.
Syahdan, Suaidi ingat betul peristiwa tahun 1999, saat ia diajak Prof Kikiek ke Jerman. “Saya ingat, ketika mas Kikiek mengatakan bahwa Polri harus pisah dari TNI. Jadi, untuk diketahui, pisahnya Polri dari TNI, ada andil mas Kikiek,” kata Suaidi.
Lain lagi testimoni Irjen Pol Purn Prof Bambang Karsono, Rektor Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ). Ia mengisahkan persinggungannya dengan Prof Kikiek, lantaran Kepala BIN (saat itu) Jenderal Pol Sutanto. “Saya ingat, BIN mengundang Prof Kikiek berdiskusi ekonomi. Tapi yang beliau sampaikan tidak saja ekonomi, tapi juga soal politik dan keamanan nasional,” kata Bambang.
Sejak itu, Bambang cukup intens berkomunikasi dengan Prof Kikiek, sampai suatu saat, tahun 2014, ia diminta menjadi Rektor UBJ. Di situlah, ia menggandeng Prof Kikiek mendirikan Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas).
“Karena sudah hafal perangainya, maka saya tahu, mas Kikiek itu jangan diatur. Jangan disuruh absen. Pendekatannya, beri dia target… pasti selesai,” kata Bambang sambil tertawa. Beberapa sahabat yang lain juga turut memberikan testimoni teruntuk Prof Kikiek. Acara dipungkasi dengan pemotongan pita oleh Prof Kikiek dan Jenderal Pol Purn Badrodin Haiti, disaksikan hadirin.***