PPAD Prosperity— Penelitian dan riset mengenai lalat buah (bactrocera occipitalis) terus dilakukan. Kali ini Institut Pembangunan Jabar, Universitas Padjajaran (Injabar Unpad) bersama Badan Karantina Pertanian Kementan (Kementan) berhasil meriset ribuan jenis lalat buah yang hinggap pada buah mangga di seluruh Indonesia. Hasilnya, tak ada bactrocera occipitalis di pulau Jawa. Yang ada hanyalah varietas unggul dengan kualitas siap ekspor.
“Sehingga tidak perlu takut apalagi panik dalam melakukan proses ekspor mangga ke luar negeri, dalam hal ini Jepang,” ujar Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Keri Lestar selaku Direktur Utama Injabar, sebagaimana dikutip dari laman pertanian.go.id
Menurut Keri, bactrocera occipitalis hanya ditemukan di wilayah hutan belantara Kalimantan Utara. Di sana, lalat tersebut hinggap pada beberapa buah mangga saja. Sisanya merupakan mangga luar biasa yang memiliki rasa dan kualitas yang juga luar biasa.
Untuk diketahui, penelitian ini dilakukan sejak bertahun-tahun lalu dengan melibatkan swadaya berbagai pihak termasuk beberapa perusahaan agribisnis dan Barantan Kementan RI.
“Dari semua riset yang kita lakukan, ada sekitar 2800-an lalat buah yang sudah kami teliti. Hasilnya 14 lalat buah dicurigai sebagai bactrocera. Itupun adanya di hutan Tarakan dan jauh dari pemukiman. Dari sisi jumlah tidak banyak lah,” katanya.
Menurut Keri, semua riset telah dipublikasi dan didapatkan pada ministry of agriculture, forestry and fisheries (MAFF) Jepang. Dari paparan tersebut, MAFF mengapresiasi penelitan dan riset yang dilakukan hingga menerjang pelosok hutan wilayah Kaltara.
“Jadi pertama tidak perlu takut karena lalat buah itu ada tapi tidak banyak. Kedua, kita juga tidak perlu khawatir karena ada proses di Karantina terhadap semua produk-produk buah dan sayuran. Artinya ada aturan yang cukup ketat untuk pemindahan barang dari Kalimantan ke Jawa. Tentu kita berharap, proses ekspor mangga kita ke Jepang berjalan dengan baik. Riset dan diplomasi ini perlu kita tingkatkan untuk menjaga kualitas mangga kita,” ujarnya.
Sebelumnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong ekspor buah mangga Indonesia dapat dilakukan secara masif. Menurut SYL, potensi mangga Indonesia sangat besar dan bisa dijadikan sebagai modal utama dalam meningkatkan kinerja ekspor buah. Sentuhan teknologi menjadi upaya utama untuk merealisasikan potensi tersebut.
Apalagi, Indonesia menduduki posisi kelima sebagai produsen buah mangga dunia setelah India, China, Thailand, dan Meksiko. Tahun 2018 Produksi mangga di Indonesia bahkan mencapai 2.184.399 ton. Prestasi tersebut dapat menjadi peluang besar dalam peningkatan ekspor buah di Indonesia.
“Peningkatan kinerja ekspor buah dapat dilakukan melalui penerapan teknologi dan sistem jaminan mutu di seluruh rantai produksi melalui penerapan standardisasi produk hasil pertanian dari hulu ke hilir,” jelasnya.***